Sabtu, 25 Februari 2012

cerpen Linda: dibalik kerudung Aisyah


Di balik krudung
* “Aisyah” *

By: Linda Alfi Lutfinda
*****
*Dibalik krudung “Aisyah” *
Tak  ada yang tau apa yang terjadi dibalik perubahan drastis Aisyah, selain aku dan Lachul. Aisyah yang seorang katolik dan sangat taat pada agamanya, sekarang berkerudung dan menjadi seorang muallaf. Aisyah adalah sahabatku dari SMA, perbedaan agama antara kami tak menjadi halangan kedekatan kami. Aisyah adalah sahabat yang baik, toleran dan sangat pandai. Dari SMA sampai  sekarang kami selalu satu kelas. Sampai saat kuliyah di salah satu Universitas swasta di Kudus. Rumahku  juga tergolong dekat dengan rumahnya. Kedengarannya aneh mungkin, Aisyah yang dari  lahir beragama katolik memiliki nama “Aisyah”. Kata Aisyah dulu saat ibunya mengandung Aisyah, ayah dan ibunya mengalami kecelakaan mobil. Kala itu, ibu Aisyah sedang mengandung 9 bulan. Beruntung ibunya dalam keadaan baik-baik saja, juga bayi yang sedang dikandungnya. Namun, ayah Aisyah mengalami pendarahan hebat, saat itu stok darah di rumah sakit tersebut habis. Beruntung, ada seorang dermawan yang mau menyumbangkan darahnya, yang tak lain adalah dokter yang saat itu menangani ayahnya, karena kebetulan golongan darahnya sama. Dokter tersebut bernama “Aisyah”. Dan beberapa hari kemudian ibu Aisyah melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Aisyah, sebagai bentuk syukur orang tua Aisyah karena ditolong oleh seorang dokter muslim yang bernama “Aisyah”.
Pertemuan pertama “aku with Aisyah”
Kudus, 19 juli 2004
Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Dari sekian banyak siswa-siswi yang mendaftar di SMA favorit ini, aku termasuk yang beruntung. Karena aku diterima dan termasuk 10 besar siswa-siswi yang masuk dengan nilai tertinggi. Seperti pada umumnya siswa-siswi yang lain, yang mengikuti Masa Oriensasi Sekolah (MOS), aku juga mengikutinya.
Sebagai seorang siswi baru, tiada satu pun yang aku kenal. Karena semua teman SMP ku yang mendaftar disini, tiada satu pun yang diterima selain aku. Disini jugalah pertama kalinya aku bertemu dengan Aisyah. Saat itu, Aisyah yang ramah menyapaku di Kantin. “ada apa mbak? Ada yang bisa aku bantu?”. Uwh... ini sebenarnya sangat memalukan untuk diceritakan. Tapi, demi kalian semua, aku akan bercerita. Hehehehe,....
 Saat itu aku tak bawa dompet, padahal aku sudah menghabiskan semangkuk sop ayam dan segelas es teh, juga 3 gorengan. Aisyah menyapaku karena melihatku tampak kebingungan. Karena dia yang dengan baik menawarkan bantuan, akhirnya aku menariknya duduk disampingku dan berbisik di telinganya, “aku lupa bawa dompet, kayaknya ketinggalan di rumah”. Aisyah tertawa,.. dan aku menepuk pundaknya dengan spontan. “heheheheh,... maaf,.. maaf,.. ya udah pakai uangku dulu”. Setelah Aisyah membayar makanan dan minuman yang sudah aku habiskan, dia kembali menghampiriku. “Namaku Aisyah,.. siapa namamu?”, Aisyah mengulurkan tangannya. “Aku Lutfie,.. maaf ya baru kenal tapi langsung merepotkanmu. Besok pasti ku ganti”. Aisyah hanya tertawa. Ini lah awal pertemuanku dengan sahabat baik ku “Aisyah”.
Dari sini persahabatanku mulai terjalin baik dengan Aisyah. Meski banyak perbedaan di antara kami berdua. Terutama perbedaan agama. Namun kami punya cita-cita yang sama, yaitu menjadi seorang guru. Dan kami berdua sama-sama hobi baca buku. Selama SMA kami selalu berangkat dan pulang bareng. Kita sering jalan bareng. Dan selalu ke mana-mana berdua. Kami berdua bagai kembar siyam. Tak pernah terpisahkan. Sampai saat lulus pun kami sengaja masuk di Universitas yang sama. Di fakultas yang sama. Dan kebetulan juga kami satu kelas lagi.
Pertemuan pertama “Aisyah with Lachul”
 Kudus,19 september 2009 (saat itu kami baru semester 5)
Mereka berdua bertemu saat Aisyah dan aku membeli kado buat teman SMA kami yang 3hari lagi akan menikah. Saat itu Aisyah tak sengaja menabrak Lachul, dari situlah akhirnya mereka berkenalan. Lachul adalah seorang muslim sepertiku. Dia adalah seorang anak kiyai yang baru saja menyelesaikan S1-nya di Kairo saat itu. Awalnya aku sangat senang Aisyah dekat dengan seorang laki-laki yang baik. Yang sedikit demi sedikit membuat Aisyah ingin mempelajari islam. Waktu terus berjalan, hari berganti hari menuju minggu yang lain, kemudian meninggalkan bulan menempuh bulan baru. Hubungan Aisyah dengan Lachul juga semakin dekat.
Disuatu siang diakhir bulan oktober Aisyah datang kerumahku dengan wajah sangat ceria. Dia langsung memelukku dan berteriak, ”Lutfi,...aku bahagia sekali hari ini”. Uwh ya,.. ada apa gerangankah yang membuat sahabatku ini sangat bahagia?? Ayo cerita, jawabku sambil mengajaknya masuk menuju kamarku. “coba tebak, apa yang membuatku sangat bahagia??”. Hemmmmmmmmm,... apa ya??? Pasti uang bulanan kamu naik ya??  “bukan,.. tapi hari ini aku jadian sama Lachul fie,.. sumpah demi Tuhan aku bahagia”. Mendengar ceritanya aku hanya bisa berharap Aisyah akan bahagia dengan Lachul. Aku berusaha  menyembunyikan kekhawatiranku karena hubungan mereka. Aku merasa Lachul hanya bermain-main dengan Aisyah. Tak mungkin Lachul yang seorang anak kiyai yang sangat dihormati dan sangat dikenal oleh hampir semua warga Kudus itu benar-benar mencintai seorang gadis katolik. Sementara itu Aisyah kelihatan benar-benar jatuh cinta pada Lachul.
Kudus, 3 oktober 2009
Dua minggu telah berlalu. Semenjak Aisyah jadian sama Lachul dia sudah tak pernah kerumahku. Padahal sebelumnya hampir setiap hari dia kerumahku. Setelah selesai kuliyah pun dia langsung menghilang. Aku jadi merasa sangat jauh dengan sahabat terbaikku yang dulu selalu ada untukku setiap waktu. Tiap aku sms atau telfon dia pun yang dia bahas, yang dia ceritakan hanyalah Lachul, Lachul, dan Lachul. Aku bahagia melihat sahabatku bahagia, namun disisi lain aku tetap merasa khawatir.  Aku masih belum percaya dengan Lachul.
Disuatu malam aku mengirim pesan pada Aisyah, ”syah,.. besok temani aku ya ke Hasan Putra, aku mau beli buku buat refrensi”. Tak berselang lama Aisyah pun membalas,”okey cantik,apa sih yang nggak buat sahabat bawelku ini, aku tidur dulu ya. Sampai ketemu besok”.
Keesokan harinya, setelah kuliyah jam ketiga berakhir Aisyah tiba-tiba menghilang. Setelah kuliyah berakhir dia keluar duluan, pikirku dia pergi ke tolilet karena itu aku menunggunya di parkiran sebelah masjid kampus. Aku sudah menunggunya selama 30menit, tapi dia tak kunjung muncul. Aku mencoba mengirim sms padanya, ”syah, kamu dimana? Kamu jadi mengantarku ke toko buku kan?”. Hari sudah sore namun Aisyah tak kunjung membalas. Dengan perasaan kecewa, aku pergi ke toko buku sendirian. Saat dalam perjalanan aku melihat Aisyah dan Lachul sedang makan di caffe. Kekecewaan ku bertambah melihat dia sedang asyik tertawa dan makaan dengan Lachul, sedangkan aku menunggu dia di kampus selama berjam-jam.
Tak biasanya malam ini aku merasa sangat mengantuk, padahal baru jam setengah 8. Akhirnya aku ke kamar bersiap tidur. Saat ku mulai memejamkan mata, terdengar hp ku berbunyi. Ternyata ada pesan dari Aisyah, ”maaf ya fie,tadi tiba-tiba Lachul sms dia sudah di depan kampus.kamu tau sendirikan kalau Lachul tak suka aku memegang hp saat kami bertemu”. Dengan perasaan kecewa yang masih menggelayuti hatiku, aku mulai mengetik balasan untuknya.“iya, tapi kau sudah membuatku menunggu berjam-jam di kampus, aku sangat kecewa padamu, kau berubah bukan lagi Aisyah yang ku kenal dulu”, setelah mengirim sms balasan untuk Aisyah aku langsung mematikan hpku.
Keesokan hari saat aku sedang mengobrol dengan Ani, Aisyah menghampiriku dengan senyuman. ”hai,fie,...”, sapa Aisyah padaku. Aku berdiri dan meninggalkan Aisyah, namun dia terus mengikutiku dan terus minta maaf. Karena terbawa emosi, aku mengeluarkan semua kekesalanku padanya, ”dengar ya syah, sekarang aku merasa tak mengenal cewe yang berdiri dihadapanku ini. Kamu bukan Aisyah yang ku kenal dulu. Kau berubah semenjak kau pacaran dengan Lachul”. Mendengar hal itu Aisyah berbalik marah padaku, ”oh, ternyata selama ini kamu tak suka aku pacaran sama Lachul?? Atau jangan-jangan diam-diam kau jatuh cinta pada Lachul? Aku kecewa padamu Lutfie”. Aisyah meninggalkanku dengan mata berkaca-kaca.
Kudus,21 november 2009
Aku yang sudah 4tahun bersahabat dengan Aisyah tak pernah sekalipun bertengkar seperti ini. Tak pernah lebih dari sehari kita marahan. Namun, kali ini sudah seminggu kita tak saling menyapa. Aku merasa sangat kesepian, tiada yang menemaniku makan siang, tiada teman curhat seperti dulu lagi. Karena aku merasa bersalah pada Aisyah, aku mencoba mencarinya di kampus untuk meminta maaf atas kesalah fahaman kami, kebetulan siang ini kami kelas. Saat aku menuju kelas, aku melihat Aisyah pergi bersama Lachul. Aku mencoba mengikuti mereka, mereka keluar kampus dengan mobil Aisyah. Mereka pergi menuju Jepara. Aku terus mengikuti mereka. Awalnya mereka berhenti di caffe untuk makan. Dari caffe mereka pergi lagi menuju pantai Tirta Samudra. Namun sialnya aku sakit perut dan memutuskan untuk mencari toilet. Pikirku mereka pasti akan lama di pantai. Tapi aku salah, saat aku kembali dari toilet mobil Aisyah sudah tidak ada. Aku mencoba menelfonnya namun tidak aktif. Dengan perasaan penasaran aku terpaksa kembali ke Kudus. Selama perjalanan aku selalu bertanya-tanya kemana perginya mereka. Aku terus merasa khawatir. Aku merasa Lachul memberi pengaruh buruk pada Aisyah. Sejak pacaran dengan Lachul, Aisyah lebih sering membolos. Karena pergi jalan sama Lachul yang saat itu belum mendapatkan pekerjaan tetap.
Keesokan harinya Aisyah tak berangkat kuliah, aku mencoba nelfonnya tapi tak jua diangkat. Aku mencoba kerumahnya namun rumah Aisyah tampak sepi, kata tetangga orang tua Aisyah pergi ke tugas ke Jakarta. Tapi ke mana Aisyah??? Aku semakin khawatir. Berhari-hari Aisyah tak juga berangkat kuliyah. Sampai seminggu kemudian Aisyah berangkat, dia tampak lesu, dan pucat. Dia menghampiriku. “kamu kemana saja?? Aku mencarimu. Aku khawatir. Terakhir aku mengikutimu dan pacarmu ke Jepara, namun kau menghilang di pantai. Saat aku keluar dari toilet, kalian sudah tidak ada lalu aku pulang”. Aisyah hanya tersenyum lesu. “aku tak apa-apa, kemarin aku hanya kurang enak badan”, jawabnya lirih. Aku bisa sedikit bernafas lega melihatnya baik-baik saja. Dan kami sudah mulai baikan. Hari berganti dan terus berganti. Kehidupanku dan Aisyah kembali seperti semula.
Liburan semester pun datang. Sudah satu minggu aku baikan lagi sama Aisyah, namun tak pernah kulihat Lachul ke kampus menjemput Aisyah. Tak pernah kudengar lagi Aisyah bercerita tentang Lachul. Dan anehnya lagi, Aisyah tak ceria lagi seperti dulu. Karena penasaran aku bertanya langsung pada Aisyah, ”syah,kok tumben Lachul tak pernah kelihatan? Hubungan kalian baik-baik saja kan?”. Aisyah hanya menundukkan kepala. “jawab jujur dong syah”, ku terus bertanya karena masih penasaran.
“Sebenarnya Lachul mulai menjauhiku. Apa mungkin semua ini karena aku dan dia beda agama ya fie? Apa aku harus masuk islam? Kamu mau kan bantuin aku. Ajari aku sholat dan ajari aku segala hal tentang agamamu”.
“menurutku sich syah, kalau dia beneran sayang mana mungkin dia jauhin kamu seperti ini. Apa kamu yakin ingin menjadi muallaf?  Apa semua ini hanya karena Lachul?”
“aku yakin fie, aku tak mau kehilangan Lachul, aku takut kehilangan dia”, jawab Aisyah sambil memelukku.
Kudus, 24 desember 2009
Malam ini adalah malam istimewa buat Aisyah, karena malam ini adalah malam natal. Aku mencoba mengirim pesan buat Aisyah, ”syah, gimana? Masih ngrayain natal? Katanya mau masuk islam? Heheheheh,... just kidding”, ledekku nakal. Setelah mengirim sms pada Aisyah, hpku berbunyi ternyata Aisyah menelfon. “fie, aku diluar. Apa aku boleh menginap di rumahmu?”. Tanpa berkata apapun, aku berlari ke luar. Kudapati sahabatku yang sedang menggigil kedinginan dibawah derasnya hujan malam itu. Aku langsung mengajaknya keluar. Ibu langsung menyuruhku mengajak Aisyah ke kamar, agar Aisyah bisa ganti baju dan mengeringkan rambutnya.
“maaf ya fie,.aku merepotkanmu juga orangtuamu. Orangtuaku tidak dirumah. Aku tak tau lagi harus kemana, aku kesepian”
“syah,..syah,.. kayak sama siapa aja. Aku juga seringkan merepotkanmu dan orangtuaku tak akan merasa direpotkan”.
“fie,.. ajak Aisyah makan dulu gih”, teriak ibu dari luar.
Aku mengajak Aisyah ke luar untuk makan bersama ayah dan ibuku.
Dari dulu ayah dan ibuku tak pernah melarangku untuk dekat dengan Aisyah karena perbedaan keyakinan kami. Ayah selalu berkata padaku, ”jangan pernah membuat orang non muslim berfikir bahwa islam melarang untuk memusuhi mereka. Meski tak bisa membuat mereka masuk islam, setidaknya jangan membuat mereka memusuhi islam”. Itulah yang membuatku bisa dekat dengan Aisyah,seorang katolik yang menghormati orang lain, yang baik dan peduli pada orang lain, dan tak jarang dia juga mengingatkan aku agar aku tak menunda-nunda sholat.
Kudus, 3 januari 2010
Hari ini aku ada janji dengan Aisyah, kami berncana belanja baju di Ramayana. Pukul 9 tepat ku dengar suara klakson mobil Aisyah. Dia menungguku di depan. Aku langsung bergegas keluar. Kami berdua memutuskan untuk makan dulu di caffe, tempat kami biasa nongkrong. Setelah kami makan, kami langsung menuju Ramayana, karena hari ini ada diskon sampai 70%. Maklumlah cewe, paling suka datengin pusat perbelanjaan yang menawarkan diskon yang tinggi. Saat kami memilih-milih baju tiba-tiba Aisyah berlari dan berteriak memanggil-manggil nama Lachul. Ternyata Lachul bersama dengan seorang cewe berkerudung.
“yank,..siapa dia?”, tanya Aisyah sambil menahan amarah.
“kamu siapa? Aku calon istri Lachul, bulan depan kami menikah”, jawab cewe tersebut dengan menunjukkan cincin pertunangannya. Dan Lachul hanya terdiam.
“brengsek kamu,.. brengsek,....”, teriak Aisyah histeris mendengar pengakuan cewe itu.
Tanpa memberi penjelasan Lachul bergegas meninggalkan Aisyah dengan menarik tangan cewe yang mengaku sebagai tunangannya itu.
“tunggu,.. aku belum selesai bicara”, teriak Aisyah sambil berlari mengikuti Lachul.
Naas, saat menuruni eskalator Aisyah jatuh tersungkur. Aisyah langsung pingsan dan mengalami pendarahan. Aku langsung berteriak meminta bantuan. Dengan bantuan satpam dan pengunjung di tempat itu, aku membawa Aisyah ke Rs.Mardhi Rahayu agar segera mendapat pertolongan. Sesampainya di rumah sakit, Aisyah langsung ditangani di UGD. Sementara itu aku berusaha menghubungi orangtua Aisyah, namun tak ada yang aktif. Kemudian aku mencoba menelfon Lachul, beruntung dia mau mengangkat, ”mas,..Aisyah di rumah sakit, tadi jatuh dari eskalator saat mengejar kamu”.
“di rumah sakit mana?”, jawabnya panik.
“di Rs.Mardhi Rahayu,cepat ya mas”,.
Akhirnya dokter pun keluar, aku segera menghampiri dokter yang menangani Aisyah.
“gimana keadaan teman saya dok??”, tanyaku penasaran
“temanmu mengalami pendarahan dan dia mengalami keguguran”, jawab dokter sembari menepuk pundakku.
Mendengar penjelasan dokter aku sangat kaget dan hampir tak percaya.
Akhirnya Lachul pun sampai, tanpa basa-basi aku langsung bertanya pada Lachul.
“apa Aisyah mengandung benih darimu? Apa Aisyah hamil??? Jawab!!!!”
“e,. E,.. a.... aku,...”, Lachul tampak kebingungan untuk menjawab.
“puuakkkkk,....(aku menampar Lachul). Brengsek kamu mas,.. bejat,..”, aku mencaci Lachul karena tak bisa menahan amarah.
“aku khilaf fie, maaf,..!!!” (Lachul berlutut di kaki ku)
“harusnya kau meminta maaf sama Aisyah, apalagi bulan depan kau akan menikah dengan cewe tadi. Pikir dong gimana perasaan Aisyah. Apalagi sekarang dia keguguran. Dimana tanggung jawabmu??”.
“aku mencintai Aisyah, tapi kami beda. Dan aku juga tak bisa melawan abah yang menjodohkan aku dengan Aini”. Jawab Lachul berusaha membela diri.
“oh,.cewe itu bernama Aini,... hebat ya kamu. Kamu akan menikahi seorang putri kiyai yang setara dengan kamu setelah kamu menghancurkan hidup sahabatku. Ternyata anak seorang kiyai besar sepertimu juga tak jauh berbeda dengan laki-laki yang berkeliaran di jalan. Habis manis sepah di buang. Buat apa kamu jauh-jauh kuliyah dan belajar agama sampai ke Kairo, jika kelakuanmu sebejat ini”.
Aisyah sudah dipindahkan ke ruang perawatan, namun dia tak juga sadar. Malam ini aku sendirian menjaga Aisyah. Karena Lachul harus pulang selepas magrib tadi. Karena tak ingin membuat ayah dan ibu cemas aku menelfon ibu dan menceritakan semuanya. Ayah dan ibu tidak bisa menemaniku menjaga Aisyah karena ibu juga sedang sakit. Dan adikku “Aam” sedang menginap di rumah temannya. Melihat Aisyah terbaring lemah dan mendengar semua penjelasan Lachul tadi, hatiku terasa teriris pilu. Betapa malangnya nasib sahabatku yang selalu ceria, sahabatku yang baik, sahabatku yang sangat ku sayang. Dalam hati ku berdoa agar dia mendapat jalan yang indah dalam hidupnya setelah kejadian ini.
Mentari mulai menyapa, biasan sinarnya pun masuk melalui sela-sela ventilasi bangsal no 3 ruang melati. Mata Aisyah mulai bergerak-gerak, dia mulai siuman. “pagi cantik,.. apa kamu udah merasa baikan?” Tanyaku dengan memegang tangannya. “apa yang terjadi fie?”, Aisyah nampak kebingungan. Kemudian aku pun menceritakan semua kronologi kejadian kemarin. Dia hanya diam dan menangis.
“jujur sama aku syah,..kenapa kamu tidak cerita kalau kamu hamil?? Kenapa kamu bisa melakukan hal itu bersama Lachul?”.
“aku tak tau fie,... saat itu aku tak tau pa yang aku lakukan. Aku sangat menyesal. Dan saat ini Lachul akan segera menikah. Dan bagaimana dengan nasibku dan janin yang baru berusia 5minggu dalam rahimku ini”, Aisyah mengelus-elus perutnya.
“sekarang pikirkan dirimu aja, karena janin dalam rahimmu udah nggak ada lagi. Kamu keguguran”.
Mengetahui bahwa dirinya keguguran, Aisyah pun menangis sejadi-jadinya dalam pelukan ku.
“ceritakan padaku semua yang terjadi syah,...”
Pengakuan Aisyah:
Waktu itu aku sudah sampai di kampus, aku berangkat ke kampus agak awal karena aku ingin meminta maaf padamu atas kesalah fahaman kita. Saat aku sampai di kampus Lachul menelfonku, dia berada di kampus. Dia ke kampus bersama temannya. Namun temannya balik duluan karena dia hanya mengantar Lachul. Kemudian Lachul mengajak ku keluar memakai mobilku. Dia mengajak ku ke Jepara, karena dia bilang pantai Tirta Samudra sangat romantis dan aku pasti menyukainya. Kami berhenti dulu untuk makan kemudian melanjutkan perjalanan. Sesampainya di pantai Lachul hanya berdiri di samping mobil dan tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk jalan-jalan di pantai karena cuaca agak mendung. Tak tau kenapa dia malah membelokkan mobil ke hotel dekat pantai. Dia memesan satu kamar untuk kami berdua,. Aku kaget dan bertanya, ”untuk apa kita kesini,aku infin pulang”. “kan sudah terlanjur ku bayar, mahal lho yank,. Lagian Cuma istirahat semalam kok”, jawab Lachul sembari menggandeng tanganku menuju kamarku hotel. Dan disanalah kejadian buruk itu terjadi. Awalnya kita tak melakukan apa-apa. Kami hanya mengobrol. Namun, jam 8 malam aku sangat mengantuk, setelah itu aku tak ingat apapun. Tiba-tiba saat aku bangun, aku berada dalam pelukan Lachul dan kami dalan keadaan tanpa busana.
Lachul terus minta maaf dan menyesali perbuatannya. Dia merasa menyesal. Dan dia berjanji tak akan mengulanginya. Beberapa hari setelah kejadian itu, tiba tiba dia menjauhiku, dan belakangan aku tau ternyata dia dijodohkan orangtuanya dengan cewe yang tempo hari kita lihat di Ramayana bersama Lachul. Bulan depan mereka akan menikah fie,.. aku harus gimana??? (Aisyah terus memelukku).
Kudus, 6 januari 2010
Tiga hari berlalu, akhirnya Aisyah keluar dari rumah sakit. Orangtua Aisyah baru bisa pulang besok siang, karena itu aku mengajak Aisyah pulang ke rumahku. Sesampainya di rumahku handphone Aisyah berbunyiada telfon masuk. Karena dia sedang ke toilet aku mengangkat telfonnya. Seperti disambar petir ditengah gerimis kota Kudus, aku kaget dan air mataku keluar tanpa ku bisa menahan mendengar kabar dari sebuah rumah sakit di Semarang. Seorang perawat yang menelfon itu memberitahukan bahwa Korban kecelakaan mobil yang dirawat di rumah sakit tersebut meninggal dunia. Yang tak lain adalah ibunya Aisyah, sedangkan ayahnya meninggal ditempat kejadian. Mereka mengetahui nomer Aisyah dari handphone ibunya. Saat Aisyah keluar dari toilet aku langsung memeluknya. “ada apa fie??”, tanya Aisyah kaget. “sabar ya syah,.. sabar”,..aku menepuk punggungnya. “iya ada apa??”, Aisyah terus bertanya. “orangtuamu meninggal dalam kecelakaan di Semarang”,. jawabku dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi. Mendengar itu seketika Aisyah pingsan. Kemudian aku dan ayah membawanya ke kamarku. Tak berselang lama akhirnya dia siuman. Aisyah langsung memintaku untuk mengantarnya pulang. Dia mengabari semua kerabatnya dan mempersiapkan pemakaman orangtuanya. Aku melihat Aisyah berusaha untuk tegar menghadapi semua cobaan yang dialaminya ini. Aisyah sekarang sebatang kara, sepeninggalan orangtuanya. Karena dia anak tunggal.
Akhirnya jenazah orangtua Aisyah datang dan disemayamkan terlebih dulu dirumahnya agar kerabat dan tetangganya dapat memberikan penghormatan terakhir. Karena aku beda agama dengannya, aku tak mengikuti prosesi pemakaman tersebut. Setelah pemakaman selesai, aku kembali ke rumah Aisyah. Aku menemainya di rumah. Aku berusaha untuk menghiburnya. Aisyah terus saja menangis dan tak mau makan. Dia selalu mengurung diri di kamar. Dia seperti kehilangan semangat hidup.
Seminggu berlalu setelah kematian orangtuanya. Aisyah datang ke rumahku. Dia mengutarakan niatnya untuk masuk islam. “fie,.. aku ingin masuk islam, kali bukan karena siapa-siapa. Tapi ini datang dari hatiku. Setelah aku sedikit-demi sedikit belajar islam, aku merasakan kedamaian. Dan sejak aku dekat dengan Lachul, aku sudah semakin jauh dengan Al-Masih yang selalu mendamaikan hatiku dulu”. Alhamdulillah,,,,,kamu serius syah??”, mendengar berita ini aku langsung memanggil ayahku. Ayah yang menuntun Aisyah membaca dua kalimat syahadat. 13 januari 2010 akhirnya Aisyah masuk islam. Dengan sangat antusias dia belajar sholat, belajar memabaca Alqur’an dan memperdalam pengetahuannya dengan membaca buku-buku dan dengan dipandu ayahku. Setelah resmi menjadi seorang muallaf Aisyah tinggal dirumahku atas permintaan kedua orangtuaku. Dan rumahnya dikontrakan untuk biaya kuliah Aisyah. Mobil orang tua Aisyah dijual untuk membayar biaya rumah sakit dan biaya pemakaman. Dan mobil jazz merah milik Aisyah pun di jual dan dia membeli sebuah motor matic, sisa uangnya dia tabung. Dia bilang ingin hidup sederhana. Dan dia juga memutuskan untuk memakai kerudung sepertiku.
Kudus, 15 februari 2010
Liburan semesterpun berakhir, sekarang kami semester 6. Seluruh penghuni kampus tercengang melihat perubahan Aisyah yang drastis. Aisyah lebih terlihat cantik dan anggun saat memakai kerudung. Semua bertanya-tanya. Tak peduli apa yang mereka pikirkan sekarang, namun yang jelas aku sangat bahagia melihat Aisyah kembali ceria.
“syah,..”
“apa fie???”
“coba dari dulu kamu kayak gini,pasti sekarang sudah jadi mantu kiyai”, ledek ku nakal.
“oh iya ya,... gimana ya kabar Lachul? Menikah tapi nggak ngasih undangan”
“memangnya kalu dikasih undangan kamu akan datang?? Hemmm pasti nangis-nangis lebay didepan Lachul,..jangan tinggalin aku,..plissss”, aku terus menggoda Aisyah.
“enak aja, bukannya gitu. Aku takut ntar kalau dia lihat aku berkerudung malah dia ngajak aku kawin lari lagi,..”, jawab Aisyah sambil menjulurkan lidah.
“wah,... pede banget,......”
“biarin,.. semua orang juga tau kalau Aisyah Pratiwi cewe cantik, bahkan lebih cantik dari Lutfia Hanani,.. Hahahahah”
Melihat Aisyah tertawa lepas saat ini, membuatku sangat bahagia dan bangga mempunyai sahabat yang baik dan setegar dia, setelah sekian banya masalah hidup yang dia alami. Senyumannya bagaikan bunga mawar yang baru merekah. Indah dan menebarkan aroma wangi yang khas. Tiada lagi ku lihat air mata yang menetes dipipinya seperti 2bulan belakangan. Hatiku juga sedih dan ikut merasa sakit saat dia menangis.
Hari terus berganti, kini Aisyah sudah bisa sholat dan bisa sedikit demi sedikit membaca Al Qur’an. Melihat perubahan Aisyah yang semakin mendekatkan diri pada Allah, dan karena kini Aisyah seorang yatim piatu, ayah dan ibuku  memutuskan untuk mengadopsi Aisyah sebagai kakak perempuanku. Kini dia adalah anggota keluargaku yang baru.
Kudus, 24 juni 2011
Kini kami berdua pun menyelesaikan kuliyah S1 dan akan di wisuda hari ini. Aku senang kami bisa lulus dengan nilai yang baik. Aisyah memutuskan untuk melanjutkan Study ke Paris, Perancis. Karena itu sudah menjadi cita-citanya sejak dulu. Sedangkan aku, setelah lulus  langsung mengajar di SMP terfavorit di Pati. Dan disana aku bertemu dengan Rama, yang sekarang menjadi suamiku.

*The End*

Jepara,28 november 2011
Pukul 00.19 wib
In kamar ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar