Senin, 27 Februari 2012

inspirasiku


Potret anak pedalaman Kalimantan
Mami, adalah gadis cantik dari sebuah masyarakat asli di pedalaman Kalimantan Barat. Dengan usia yang baru menginjak 15 tahun, paras Mami tergolong sangat cantik dan tentu saja menggoda para pemuda kampung dan karyawan Hutan Tanaman Industri  yang ada di sekitar kampung tempat Mami tinggal.
Hidup di pedalaman Kalimantan menuntut Mami harus mampu untuk bertahan hidup di alam seperti menoreh (menderes getah karet) yang menjadi andalan utama masyarakat pedalaman di Kalimantan, menanam dan memanen padi, merawat ternak (babi) dan pekerjaan lain.
Saat menempuh pendidikan di Sekolah Dasar, Mami harus berjalan sejauh 2 km, sesampai di sekolah Mimi tidak langsung belajar tetapi menunggu dulu guru yang datang dari kota. Meskipun guru-guru di sekolah Mami berstatus PNS, tetapi jarang sekali mengajar, karena mereka memilih tinggal di kota dengan jarak dari sekolah 30-40 km. Alasan klasik seperti hari hujan, rapat dinas dan lain-lain menjadi jawban atas pertanyaan kenapa tidak mengajar. Guru-guru di sekolah Mami datang 1 minggu sekali saja sudah suatu presatasi yang sangat hebat.
Tidak perlu heran jika di sekolah tempat Mami belajar ini anak kelas 6 SD belum lancar membaca. Bahkan untuk menjawab perkalian 12 x 4 membutuhkan waktu yang sangat lama. Anehnya ketika saya bertanya berapa pendapatan jika mereka menjual getah/karet 4 kg, dengan cepat mereka menjawab 48 ribu, karena 1 kg adalah 12 ribu.
Di SMP nasib Mami dan teman-teman tidak jauh berbeda, guru mereka rajin membolos dan malas mengajar. Jika ada yang masuk maka pelajaran dimulai jam 9, dan mendekati jam 11 mereka sudah pulang. Jika tidak guru maka Mami dan teman-teman hanya bermain-main saja.
Setelah hampir tiga tahun Mami menempuh pendidikan di SMP, maka tiba saatnya Mami dan teman-teman harus menghadai Ujian Akhir Nasional. Jangan bayangkan bahwa Mami bisa belajar dengan enak seperti teman-temannya di kota. Penerangan malam hari adalah dengan pelita. Untuk menyalakan genset mereka harus membeli BBM dengan harga tinggi.
Mami dan teman-teman dari pedalaman biasa mereka menginap di rumah-rumah atau pondok yang dekat dengan sekolah supaya tidak capek berjalan kaki di saat-saat mendekati UAN. Hal yang sangat biasa Mami dan teman-teman laki-perempuan hidup campur dalam satu pondok hanya untuk mengejar waktu bisa bersekolah dengan baik. Mereka biasa dari rumah membawa beras dan ikan asin untuk bekal makan sehari-hari. Sayurannya mereka cari di sekitar hutan, daun pakis atau rebung mudah didapatkan. Semangat Mami dan teman-teman untuk belajar berbanding terbalik dengan semangat guru-guru mereka yang sudah dibayar oleh negara.
Bulan Maret – April mendekati UAN adalah masa sibuk bagi masyarakat asli di kampung Mami. Mereka akan segera panen padi. Panen padi adalah hal yang sakral penuh dengan nuansa budaya. Banyak acara adat yang dilakukan untuk menghormati alam yang telah memberikan kemurahan panen ini.
Bersamaan dengan itu 2 hari menjelang Ujian Akhir Nasional, Mami dijemput oleh orang tuanya. Mami diminta pulang untuk membantu orang tuanya panen padi menjaga padi yang dijemur. Orang tuanya tidak peduli anaknya mau Ujian Akhir Nasional. Akhirnya Mami tidak ikut UAN dan tidak lulus SMP, gagal Mami meraih cita-cita untuk sekolah lebih tinggi dan menjadi Guru di kampung halamannya sendiri. Orang tua Mami belum mengerti pentingnya pendidikan karena mereka juga tidak menempuh pendidikan,. Di sisi lain orang tua Mami juga tidak percaya dengan sekolah karena guru yang ada juga tidak pernah mengajar.
Kata orang tua Mami,  tidak perlu sekolah tinggi karena akan dinikahkan.
Nasibmu Mami ….

Syukurlah aku tidak tinggal di pedalaman sepertimu,. Dan kini aku jadi lebih bersyukur hidup seperti ini. Harusnya aku selalu berkaca pada kaca yang sama atau yang lebih buram,bukan berkaca pada kaca bening nan mewah. Aku bersyukur hidup sebagai Linda,yang lahir dan besar di Jepara. Yang dilahirkan oleh seorang ibu muda yang penuh kasih sayang dan keikhlasan. Dan memiliki seorang ayah biasa,tak berkedudukan apa-apa. Dan juga keluarga yang biasa saja,tiada yang istimewa. Namun bagiku tetap saja mereka yang paling berharga,. Terimakasih Tuhan,.........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar