Senin, 27 Februari 2012

makalah


Sejarah Filsafat

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat
Desen Pengampu : 

Oleh :
Linda Alfi Lutfinda         :            210067



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN  SYARI’AH / AS
  TAHUN  2011



Sejarah filsafat
Menurut catatan para sejarawan, orang yang pertama kali menggunakan istilah filsafat adalah Pythagoras dari Yunani yang lahir antara 582-496 SM. Pada waktu itu, arti filsafat belum begitu jelas. Kemudian, pengaertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini. Setelah filsafat pertama kali dipakai oleh kaum sophist (ahli debat) dan Socrates (470-399 SM) yang merupakan murid dari Plato (472-347) dan Aristoteles (384_322)[1]. Berbeda dengan Al-Farabi yang mengatakan bahwa filsafat adalah silsilah dari keturunan Timur. Ilmu ini (filsafat Yunani) dahulu kala berada diantara orang Chaldea, yakni penduduk Irak, kemudian sampai ke rakyat Mesir dan dari negeri ini sampai ke Yunani. Di Yunani ilmu ini menetap beberapa lama sampai kemudian diteruskan ke Syiria dan kemudian jatuh ke tangan orang-orang Arab[2].
·         Pengertian filsafat
Istilah Filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni:
a.       Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti, philos = cinta, suka (loving), dan shopia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arabnya failasuf. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b.      Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filsuf. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berfikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berfikir adalah filsuf.

Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu[3].

Sejarah perkembangan filsafat
Auguste Comte menerangkan, bahwa tiap-tiap pribadi atau bangsa tumbuh dalam tiga tingkat kemajuannya : pertama, tingkat agama atau dogma, dimana manusia menerima keyakinan dari mulut ke mulut dan menjalankannya, kedua, tingkat filsafat, dimana manusia menggunakan pikirannya untuk memikirkan, apakah yang menjadi hakekat kebenaran, dan yang ketiga, tingkat ilmu pengetahuan, dimana manusia yang menggunakan pikiran itu sudah sampai kepada tingkat yakin, dan bahwa yang diyakini itu adalah kebenaran yang mutlak.
Meskipun ucapan Comte ini tidak seluruhnya benar, tetapi tidak dapat kita sangkal bahwa agama-agama itu telah lebih dahulu lahir ke dunia darp pada filsafat. Sejarah tertua dari pada perkembangan filsafat ini kita dapati di Timur, di India dan di China, di Persi dan di Mesir bahkan di Arab dan lain-lain. Jika filsafat itu berarti pemikiran mengenai tiga pokok persoalan besar, yaitu mengenai manusia, yang dinamakan alam kecil, mengenai kosmos atau kaum, alam cakrawala yang luas, dan mengenai zat pencipta, yang menjadikan segala-galanya itu, sejak dahulu di daerah-daerah yang disebut di atas, sebenarnya manusia sudah berfilsafat, karena sudah menggunakan pikirannya tentang tiga persoalan tersebut. Dalam kalangan orang Hindu sejak dahulu kala telah lahir ajaran, bahwa dunia ini dijadikan Brahmana, bahwa ajaran Atman mengajarkan, jiwa itu baru tenang, jika ia sudah berpadu dengan yang satu. Filsafat vedenta menerangkan bahwa alam yang kelihatan ini, alam bayangan, terletak dalam selubung Maya. Di China kita dapati enam abad sebelum masehi, Lao mengajarkan zat pencipta adalah Tao, yang tidak bernama, dan yang dari pada Tao itu lahirlah pencipta bumi danpencipta segala kebijakan. Dalam abad yang sama terdapat di Persia agama Xuruaeter (Zarathustra) yang memulai ajaran keyakinannya dengan menerangkan ada pertentangan yang abadi dari benda pokok Ormuzd dan Ahriman, sedang di Mesir pendeta-pendeta mencari hakekat kebenaran hidup dalam tulisan-tulisan pyramida. Jauh sebelum filsafat Yunani lahir, orang-orang Arab telah mempelajari kosmos dan telah menyembah matahari dan bulan. Semua itu terjadi jauh sebelum filsafat Yunani lahir ke dunia. Oleh karena itu tidaklah dapat dikatakan, bahwa sejarah pertumbuhan filsafat dimulai dari pertumbuhan filsafat Yunani.
Kelebihan Yunani hanya karena catatan yang di perbuatnya karena mereka telah mengetahui huruf. Karangan-karangan ini kemudian dipelajari oleh orang Arab sesudah mengenal huruf dalam zaman Islam, dipeliharanya, disalinnya ke dalam bahasa Arab, dibahas dan diperbaikinya. Diantara lain kita sebagai contoh, bagaimana Ibn Ruzjd dan Ibn Sina mempelajari karangan Plato, yang diberi nama juga “Al Madinatul Fadhilah”, mengenai pembentukan republik yang adil.
Tiap-tiap manusia mempunyai pandangan sendiri tentang kehidupan, baik mengenai asal atau kesudahannya, baik mengenai pertumbuhan dan hidup di dunia atau kelanjutan hidup di akhirat, keabadian jiwanya, kebajikan dan kejahatan. Tidak boleh tidak persoalan-persoalan ini akan menggerakan pikiran setiap manusia dalam tiap zaman dan berakhir kepada suatu pendapat, baik salah atau benar menurut masing-masing penangkapan manusia.
Maka dapatlah kita katakan, bahwa tiap-tiap manusia, selama ia memikirkan tentang kehidupan, adalah seorang filsuf.
Filsafat itu adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah di tengah-tengah antara agama dan ilmu. Ia menyerupai agama dari satu pihak, karena segala yang dipikirkannya harus dengan yakin, ia menyerupai ilmu pada pihak yang lain, karena menghendaki keputusan akal bukan hanya berdasarkan taqlid dan wahyu saja. Oleh karena ilmu hanya dicapai dengan pengenalan ma’rifat yang terbatas, sedang agama dengan keyakinan yang dituntun dengan pengenalan yang terbatas itu diantara ilmu dan agama tersebut, itulah filsafat.
Maka dapatlah kita katakan, bahwa tujuan filsafat itu ada dua perkara, pertama memandang keadaan hidup dengan sempurna-sempurnanya dan dalam keseluruhannya, kedua, memecahkan kesukaran-kesukaran yang terdapat diantara ilmu dan agama.
Meskipun demikian, kemajuan filsafat Yunani dalam masanya tidak dapat kita hilangkan begitu saja. Pikiran-pikiran yang tumbuh dalam masa Yunani telah mempengaruhi filsafat Arab atau filsafat Islam, melalui pikiran-pikiran Aristoteles, Plato, dan Platonisme-Baru, yang semuanya merupakan guru-guru yang sangat giat mempelajari persoalan-persoalan mengenai hakekat manusia dan alam. Pikiran-pikiran ini kemudian merupakan juga persoalan umum dalam filsafat dari aliran baru, seperti yang digerakkan oleh Bacon, Descartes, Spinoza dan Kant. Kita lihat pula banyak buah-buah pikiran ahli filsafat Barat ini yang mempengaruhi pendirian Farabi, Ibn Sina, Ghazali dan Ibn Rusjd. Hal ini pernah dijelaskan oleh Mustafa Abdul Razzak dalam pidato-pidatonya yang berharga mengenai filsafat di Universitas Mesir dalam tahun 1927, kemudian dalam tahun 1944 disiarkan kembali dengan lengkap dalam sebuah kitab yang berharga, bernama “At-Tamhid li Tarikhil Falsafatil Islamiyah”.[4]
Orang bertanya, mengapa ada filsafat Islam dan apa isinya? Sebenarnya filsafat Islam tidak ada, Al-Qur’an sebagai wahyu sudah sampai ketingkat ilmu yang tidak dapat digoyahkan lagi oleh keragu-raguan, mengenai insan, mengenai kaum atau cakrawala dan mengenai konsepsi keyakinan bertuhan, bernabi, dll. Tetapi yang ada ialah filsafat Qur’an, yaitu filsafat atau menggunakan pikiran untuk memahami segala sesuatu mengenai tiga perkara tersebut, yang terdapat dalam Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an akan didapati apa zat pencipta yng sebenarnya dan bagaimana sifat-sifatnya. Begitu juga akan didapati bahwa ciptaan tidak terlepas dari pada aturan-aturan yang berasal dari pada pencipta alam dan manusia itu sendiri.


·        Filsafat kuno/lama

Sejarah filsafat lama membawa kita ke Timur ke India dan China, ke Persia dan Mesir, di Iran dan di India, kira-kira 1200-1000 SM.
Bukti perkembangan pemikiran pada filsafat kuno/lama:
1.      India: di kalangan orang-orang Hindu sejakdahulu dikenal ajaran bahwa dunia ini diciptakan oleh Brahmana. Juga ajaran Atman mengungkapkan bahwa jiwa bisa tenang apabila sudah berpadu dengan yang satu.
2.      China: pada enam abad sebelum masehi, Lao mengajarkan bahwa zat Pencipta adalah Tao, yang tidak bernama, dan dari Tao dapat lahir lagi pencipta bumi dan pencipta segala kebaikan.
3.      Persia: terdapat agama Zarathustra. Hal ini terjadi pada abad keenam sebelum Masehi. Ajarannya adalah tentang adanya pertentangan abadi dari benda pokok yaitu Ormudz dan Ahriman.
4.      Mesir: para pendeta mencari hakikat kebenaran hidup yang terdapat dalam tulisan-tulisan piramide.

Tokoh-tokohnya:
·         Socrates (470-399 SM)
Socrates menentang kebenaran subyektif dan menemukan kebenaran obyektif (umum) dan membaginya menjadi 2: Dialetika dan induktif.
·         Plato (427-347 SM)
Menemukan kebenaran obyektif berdasarkan dengan “pengamatan” yaitu gerak/ berubah dan fenomena Aristoteles tetap (nomena).
·         Aristoteles (384-322 SM)
Membagi kebenaran menjadi 2:
1.      Kategori: pengertian yang mengandung substansi sesuatu
2.      Logika (formil/tradisional)


·        Filsafa abad pertengahan

Ciri-ciri:
1.      Skolostik (1500tahun)
2.      Teosenteis/agama

Di abad pertengahan seluruh aktivitas dikendalikan oleh Greja. Masa ini juga disebut dengan masa kegelapan. Segala setuatu hanya dikendalikan oleh greja bahkan di masa ini greja mengeluarkan sertivikat penebusan dosa-dosa dengan membayar sejumlah uang sebagai gantinya. Pada masa inilah terjadinya perang salib (selama 1 abad) antara islam dan kristen. Secara fisik umat kristen yang menang namun dilihat secara wilayah islamlah yang menang. Namun karena perang inilah banyak buku-buku ilmu-ilmu pengetahuan milik umat islam yang dibawa lari tentara barat, kemudian mereka kembangkan sampai saat ini dan diakui mereka sebagai ilmu penemuan mereka. Pada abad ke 16 mulai terjadilah “konolism”, terjadi perang ekonomi (penjajahan).

Tokoh-tokohnya:
1.       Platinus
Konsep transender:
·         The one :
a.       Realitas yang tidak mungkin dipahami akal
b.      Puncak semua yang ada cahaya dan segala cahaya
c.       Pencipta semua yang ada
·         The mind: Gambaran Tuhan dalam pikiran, masing-masing pikiran akan membentuk “peta kogmitive”
Contoh: tsunami di Jepang
·         The soul/jiwa keTuhanan: Dalam dunia transender—di luar dunia
Yang plural hanya satu jiwa

2.        Agustinus (354-430 SM)
Menggagas tentang penguatan beragama yang dilatar belakangi 3 hal:
1.       Apologis: bersifat emosional
2.       Telement: bersifat motivation/innate idias
3.       Origen: Tuhan itu transender, tidak cukup dipahami dengan akal

3.       Anselnus (1033-1109 M)

4.       Thomas aquinus (1225-1274 M)
Agama dan filsafat, dua hai ini bersama-sama meninggal dunia.
-          Mimpi dan kenyataan hampir sama, menurut Rene Descarter mimpi dan kenyataan itu hampir tidak bisa dibedakan dan mimpi adalah alam gaib.

Persamaan:
·         Menurut mereka iman adalah tidak rumit (sederhana)
·         Masa ini muncul Neoplatinusme, yang terbagi menjadi 2:
1.       Obyek = ide
2.       Obyek Tuhan/Transender

·         Menata pola Apolitis dibangun menjadi rasional (difilsafatkan)
Seperti dominasi greja yang diprotes banyak orang kristen maka terpecahlah umat kristen menjadi 2 aliran:
1.       Katolik
2.       Protestan

·        Filsafat modern/filsafat baru

Pada masa ini disebut juga dengan masa “Renaissance” atau masa pencerahan. Di masa sebelumnya banyak penyelidikan yang dilakukan untuk mencari sumber filsafat baru pada filsafat skolastika Masehi. Kalau filsafat baru/modern banyak terpengaruh oleh filsafat islam, maka tidaklah mengherankan jika filsafat baru dengan filsafat islam terdapat hubungan. Satu hal yang dimaklumi, filsafat baru timbul adanya “aliran empiris”. Francis Bascon (1626) yang menjadi titik tolak krbangunan ilmu-ilmu praktis, dan karena adanya “aliran rasionalis” dari Rene Descartes atau “aliran skeptis”-nya yang mengembangkan kritik-kritik terhadap ilmu berfikir. Sebenarnya sebelum Francis Bascon terdapat beberapa orang skolastika Masehi yang telah merintis empirisme dan mengarahkan perhatiannya pada alam, terutama Roger Bacon (1214-1294) yang dikatakan oleh Renan “tokoh pikir abad”. Ia tidak puas kalau hanya mengadakan eksperimen dan percobaan-percobaannya dalam soal-soal kimia., tetapi juga merupakan ilmu matematikanya pada ilmu alam, supaya mendapatkan hasil yang lebih teliti. Roger Bacon tersebut sangat erat hubungannya dengan dunia pikir. Oleh karena itu “empirisme”-nya Bacon, bahkan “empirisme masa modern/baru”, ada hubungannya dengan penyelidikan, peneropongan bintang dan laboratoria-laboratoria yang pernah diadakan oleh kaum Muslim.
“Metode skeptis” dari Descartes terdapat bandingannya bahkan benih-benihnya pada abad-abad pertengahan Masehi, harus dihubungkan pula dengan abad-abad pertengahan islam. Sebab kalau sekiranya Descartes tidak terpengaruh oleh al-Ghozali, maka sekurang-kurangnya kita bisa mengadakan perbandingan “skeptisisme Descartes” dengan “skeptisisme al-Ghozali”.
·         Ciri-ciri:
1.        Menghidupkan kembali budaya  Sacrates, Plato, dan Aristoteles
2.       Penemuan hakekat dunia dan manusia melalui penelitian empiris
3.       Melawan sifisme modern

·         Renaissance:
a.       filsafat (itu ada)
b.      kesusastraan
c.       seni (Miche lapeda)
d.      sains (Keplor)


Tokoh-tokohnya:
·         Rene Descartes
Metode: copito
-          Ragu dengan idealisme
-          Ragu dengan rasionalisme

·         Spinosa (murid Rena Descartes)
-          Definisi: kebenaran yang disepakati oleh orang banyak
-          Aksioma: kebenaran yang tidak perlu ada argumen
-          Preposisi: kebenaran pernyataan. Contoh: 2+2= 4

Refrensi:
·        Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. (Bandung: Rosdakarya, 1990)
·        Al-Farabi, Book of Letter, (editor: M. Mahdi), Daar Al-Masyriq, 1970, halaman 155
·        Dedi Supriyadi, M.Ag. Pengantar Filsafat Islam. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009)
·        Drs. H. A. Mutofa, Filsafat Islam. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997)
·        Prof. Dr. H. Abu bakar Aceh, Sejarah filsafat Islam. (Jakarta: CV Ramadhani, 1982)
·        Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam. (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996)


[1] Lihat Ahmad Tafsir,Filsafat Umum (Bandung: Rosdakarya, 1990)
[2] Lihat Al Farabi, Book of Letters, (editor: M. Mahdi), Daar Al-Masyriq, 1970, halm. 155
[3] Drs. Poerwantana, seluk-seluk filsafat islam, PT. Rosda, Bandung, 1988, halm 1
[4] Lihat Dr. Usman Amin, Syakhshiyat wa Sasahib Falsafiyah, Mesir 1945, halm 44-45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar