Senin, 04 Maret 2013

Peranan Orang tua, terhadap Perkembangan Pola Pikir Anak

Perhatian Orang Tua
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Perhatian adalah suatu kegiatan jiwa. Perhatian dapat didefinisikan sebagai proses pemusatan fase-fase unsur-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya (Wayan Ardhana, 1985 : 74). Selain itu perhatian juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang berasal dari lingkungannya (Slameto, 2003 : 105).
Orang Tua adalah komponen yang terdiri dari ayah, dan ibu dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Anak di usia belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dihadapi anak di sekolah.
Jadi, perhatian orang tua adalah suatu bentuk sikap orang tua yang memantau setiap perkembangan anaknya. Apabila anak berbuat salah, orang tua menasehati dan memperingatkan agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Dan orang tua juga mendukung anaknya selama yang dilakukan anak positif.

2. Bentuk Perhatian Orang Tua
Beberapa contoh bentuk perhatian yang dapat dilakukan orang tua,sebagai berikut:
a). Mengajak anak-anak untuk sholat berjamaah, dilanjutkan mengaji.
b). Mendekapnya ketika dia menangis.
c). Meluangkan waktu di sela-sela kesibukan kerja.
Waktu yang sedikit asal berkualitas sangat berarti bagi anak untuk menikmati kebersamaan dengan orang tuanya. Materi yang berlimpah tidak cukup untuk anak. Anda memberi materi yang cukup untuk anak, semua permintaannya Anda penuhi, anak tinggal dengan pengasuh, Anda sibuk bekerja, tentu anak anak merasa kesepian, orang tuanya sibuk tanpa pernah meluangkan sedikit saja waktunya untuk sekedar mendengarkan ceritanya. Atau bahkan mungkin malah anak akan merasa asing dengan orang tua sendiri. Artinya, materi berlimpah tidak bisa menggantikan cinta, kasih sayang dan perhatian Anda kepada anak-anak.
d). Rangkul dan peluk anak ketika anak memerlukan perlindungan.
e). Ketika si kecil berbicara, tatap matanya, dengar ceritanya dengan baik sehingga anak akan tumbuh rasa percaya diri. Juga ketulusan Anda sangat dirasakan si kecil.
f). Beri kecupan menjelang si kecil tidur, bacakan dongeng untuknya.
g). Menyayangi dengan setulus hati
Menyayangi anak ini bukan berarti semua permintaannya kita kabulkan. Kita tetap harus bisa menyeleksi mana yang diperlukan mana dan yang tidak, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.
h). Sesekali beri kejutan untuk si kecil.
Misalnya, saat ia mengerjakan tugas yang Anda berikan dengan baik, beri kado kecil untuknya. Memberi penjelasan sesuai usianya ketika si kecil bertanya. Ketika orang tua sedang capek/lelah, kadang yang ada bukannya menjawab dan menjelaskan kepada si kecil tapi justru marah yang didapat. Juga untuk anak yang aktif bertanya, kadang orang tua dibuat pusing, bingung harus menjawab apa, bisa juga orang tua sampai kehabisan kata-kata.

• Kewajiban orang tua
adalah terlibat dalam pengasuhan positif dan pemandu anak menjadi manusia yang kompeten.

• Kewajiban anak
adalah merespon dengan sesuai terhadap inisiatif dari orang tua dan mempertahankan hubungan positif dengan tua.
Karena itu, kehangatan dan tanggung jawab dalam kewajiban mutual dari hubungan orang tua dan anak adalah dasar penting terhadap pertumbuhan moral positif pada anak.
Dalam kualitas hubungan, kelekatan (attachment) yang aman (secure) memainkan peranan yang penting dalam perkembangan moral anak. Kelekatan yang aman dapat menempatkan anak dalam jalur positif untuk menginternalisasi tuajuan sosialisasi dari orang tua dan jika nilai- nilai keluarga. Orang tua dapat mendisiplinkan anak melalui penarikan kasih sayang, penegasan kekuasaan, atau induksi.
• Penarikan kasih sayang adalah teknik disiplin dimana orang tua menahan atensi atau kasih sayang terhadap anak.
• Penegasan kekuasaan.
Teknik disiplin dimana orang tua mencoba untuk mengambil alih kontrol dari si anak atau mengambil alih sumber daya yang dimiliki anak. Induksi Teknik disiplin di mana orang tua menggunakan penalaran dan penjelasan tentang konsekuensi perilaku anak terhadap orang lain (Hurlock, 1978: 133).

3. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Anak
Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dengan anak tergantung pada sikap orang tua. Jika sikap orang tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan jauh lebih baik daripada bila sikap orang tua tidak positif. (Santrock, 2007: 202).
Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, di mana orang tua merupakan figur bagi anak. Dengan perhatian orang tua diharapkan anak menjadi lebih baik.

Ada 3 (tiga) hal yang menyebabkan seorang anak merasa tidak diperhatikan,
1. orang tua yang selalu sibuk bekerja.
Anak yang memiliki kedua orang tua yang sama-sama bekerja (bapak dan ibu). Akan selalu merasa tidak di sayang dan diperhatikan oleh orang tuanya. Bagaimana tidak? setiap hari kedua orang tuanya berangkat kerja, dan dia sekolah. Saat pulang sekolah rata-rata anak disambut sang ibu yang sudah menyiapkan makan siang untuknya. Tapi dia tidak pernah merasakan itu.
Saat kedua orang tuanya pulang kerja, tak saling menyapa karena ibunya disibukan dengan pekerjaan rumah misalnya. Dan ayahnya disibukan dengan kerjaan yang harus di selesaikan buru-buru atau langsung istiharat karena kelelahan seharian bekerja.
Situasi seperti ini akan membentuk pola pikir anak menjadi negatif pada orang tuanya. Mereka merasa tidak disayang. Merasa tidak diperhatikan. Dan pada akhirnya, saat dia tumbuh remaja, dia akan mencari dunianya sendiri. Dia tidak betah dirumah, dia lebih suka menghabiskan waktunya di luar bersama orang-orang yang dianggapnya lebih peduli padanya atau yang senasib dengannya.
Bisa jadi, dari sini mereka membentuk suatu komunitas yang menurutnya sepaham dengannya. Seperti membentuk genk, yang mempunyai hobi yang sama, yang mempunyai misi yang sama, yang mempunyai pemikiran yang sama, atau yang memiliki kehidupan yang hampir sama.
Misalnya mereka menyukai musik, lalu membentuk sebuah band.
Dan dari sinilah biasanya kenakalan-kenakalan kecil menjadi biasa dan cenderung menjerumus kearah yang negatif. Seperti membolos sekolah. Karena mereka ada teman jadi mereka merasa membolos ada hal yang wajar dilakukan oleh seorang remaja. Dengan alasan kecil, semisal mereka berkumpul sampe larut malam, lalu mereka merasa kurang tidur. Atau karena cuaca sedang tidak mendukung (hujan).

2. Merasa orang tuanya pilih kasih
Terkadang orang tua itu tidak menyadari bahwa anak-anak mereka yang sangat sensitif, ketika orang tuanya memberikan perhatian lebih pada saudaranya. Entah itu pada adiknya ataupun kakaknya. Semisal orang tua membelikan kakaknya sepatu baru karena kakaknya dapat rangking satu. Sedangkan dia yang hanya masuk 5 besar tidak dibelikan apa-apa.
Dari hal kecil semacam itu anak juga akan merasa dia tersingkir. Merasa kalau orang tuanya pilih kasih. Merasa kurang kasih sayang dan sebagainya.

3. Orang tua yang berpisah-bercerai
Keluarga yang mengalami perpisahan atau perceraian akan berdampak pada anak- anaknya. Pengalaman perceraian merupakan stres bagi seluruh anggota keluarga, dan perilaku anak-anak. Jika kesatuan keluarga pecah, akibatnya anak akan selalu menderita kekurangan dukungan dalam perkembangan, pertumbuhan yang sehat, dan pengalaman perasaan kehilangan yang dalam.

• Reaksi anak yang ditunjukkan terhadap perceraian, yaitu:
a. Kesedihan karena kehilangan anggota keluarga
Waller-stein (1993) merupakan bahwa perpisahan dan perceraian orang tua secara emosional dapat dibandingkan dengan kematian orang tua. Anak tidak hanya sedih karena kehilangan kontak sehari-hari dengan salah satu orang tua dan berkurangnya kontak dengan orang-orang lain tetapi juga sedih kehilangan rasa aman dan nyaman dengan keluarga yang utuh atau lengkap.
b. Ketakutan akan ditolak, dibuang, dan dalam keadaan tidak berdaya
Perasaan ditolak selalu digabungkan dengan menyalahkan diri sendiri yang kemudian diikuti oleh perceraian. Anak-anak menginterprestasikan bahwa salah satu orang tua meninggalkannya karena sebagai penolakan mereka terhadapnya, bukan karena hubungan perkawinan yang retak. Perasaan sedih karena kunjungan dari salah satu orang tua mungkin sesudah terjadi perceraian.
c. Marah
Anak menahan marah dalam proses perceraian orang tua mereka yang hanya memikirkan sendiri dan meletakkan anak-anak di tengah konflik mereka.
d. Sakit hati dan sangat kesepian
Anak-anak pada umumnya sakit hati pada saat tidak diberitahu tentang perceraian yang segera terjadi dan tidak diberi kesempatan untuk mendiskusikannya. Kekurangan komunikasi ini sering diterjemahkan ke dalam kesepian, karena kehilangan dukungan dari keluarga, keluarga yang lebih besar dan teman-teman sebaya.
e. Bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri
Anak-anak kadang-kadang percaya bahwa mereka tidak dilahirkan atau jika mereka menjadi anak yang lebih baik, orang tua mereka tidak akan meninggalkan mereka. Anak-anak juga menyalahkan orang tua mereka; mereka menyalahkan orang tua yang meninggalkan mereka dan memaksa mereka keluar dari rumah.
f. Kecemasan dan pengkhianatan
Karena anak-anak takut kehidupan mereka selanjutnya akan diganggu oleh perceraian orang tua mereka, anak-anak mungkin merasa tidak aman tentang masa depan, dan tentang hubungannya dengan orang lain.


Aku juga pernah mengalami hal-hal semacam itu, seperti yang aku tulis diatas. Tapi alhamdulillah perasaan itu bisa aku lawan dan tidak berlarut-larut. Yang pertama waktu aku kelas 4 MI (sekolah dasar), saat ibuku melahirkan adek ku (Lolita), aku merasa semua orang sudah tidak sayang lagi sama aku :D , , maklum yeeee namanua juga anak kecil :p
Karena pada waktu itu seluruh perhatian tercurahkan pada adek ku. Dari mulai ibu, bapak, mbah kakung, mbah putri, bulek, om dan yang lainnya.
Lalu aku juga pernah merasakan gimana dinginnya suasana rumah saat orang tuaku hampir setiap hari bertengkar hebat dan hampir saja bercerai, saat aku kelas 2 sampe kelas 3 SMP. Hal itu membuat nilai-nilaiku menurun. Dari rangking 2 menjadi rangking 5. Aku merasa setress berat. Mereka berdua jadi tak peduli dengan aku dan adek ku.
Tapi alhamdulillah badai itu berlalu.... :)
Dan yang ketiga adalah yang paling berat buatku, saat kedua orang tuaku pindah kerja di Tasikmalaya, pada akhir aku kelas 3 SMP. Saat itu memang ibuku masih dirumah. Tapi ketika aku kelas 1 SMA, ibuku juga ikut bapak.
Aku merasa terbuang karena aku hanya sendirian dirumah. Betapa sedihnya aku harus tinggal sendiri, makan sendiri, berangkat sekolah tak ada yang di pamiti, pulang sekolah tak ada yang menyambut. Berisih-bersih rumah sendiri, nyuci baju sendiri. Dan yang paling mengenaskan tidur sendiri. Apa lagi kalau sedang hujan lebat, atau listriknya padam. Hmmmmm itu suasana mencekan yang membuatku semakin benci.
Tidak sampai situ saja, saat aku kelas 2 SMA tanggung jawabku bertambah karena adek ku juga dirumah. Kebayang ga c kamu hidup berdua sama anak kelas 2 SD. Kamu harus antar jemput dia, masakin dia, kadang juga harus mandiin dia. Belum lagi kalau sedang sakit. Rewelnya minta ampun.
Tapi semua perasaan yang tadinya merasa ga di peduliin, merasa ga di sayang lama-lama berubah manjadi perasaan bangga. Karena apa? Karena aku bisa buat adek ku menjadi mandiri seperti aku, membuat prestasinya jadi lebih baik. Dari rangking 10 menjadi rangking 2. . . Dan dia selalu menjadi juara 1 dalam semua lomba yang pernah di ikutinya....
Dan sampe saat ini (kelas 6) dia selalu jadi juara kelas.
Ini ceritaku, mana ceritamu :)


"Burung irian, burung cendrawasih
Cukup sekian, dan terimakasih" :D
=> semoga postingan ini bermanfaat,,, :)

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar