Potret anak pedalaman Kalimantan
Mami, adalah
gadis cantik dari sebuah masyarakat asli di pedalaman Kalimantan Barat. Dengan
usia yang baru menginjak 15 tahun, paras Mami tergolong sangat cantik dan tentu
saja menggoda para pemuda kampung dan karyawan Hutan Tanaman Industri
yang ada di sekitar kampung tempat Mami tinggal.
Hidup di
pedalaman Kalimantan menuntut Mami harus mampu untuk bertahan hidup di alam
seperti menoreh (menderes getah karet) yang menjadi andalan utama masyarakat
pedalaman di Kalimantan, menanam dan memanen padi, merawat ternak (babi) dan
pekerjaan lain.
Saat
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar, Mami harus berjalan sejauh 2 km, sesampai
di sekolah Mimi tidak langsung belajar tetapi menunggu dulu guru yang datang
dari kota. Meskipun guru-guru di sekolah Mami berstatus PNS, tetapi jarang
sekali mengajar, karena mereka memilih tinggal di kota dengan jarak dari
sekolah 30-40 km. Alasan klasik seperti hari hujan, rapat dinas dan lain-lain
menjadi jawban atas pertanyaan kenapa tidak mengajar. Guru-guru di sekolah Mami
datang 1 minggu sekali saja sudah suatu presatasi yang sangat hebat.
Tidak perlu
heran jika di sekolah tempat Mami belajar ini anak kelas 6 SD belum lancar
membaca. Bahkan untuk menjawab perkalian 12 x 4 membutuhkan waktu yang sangat
lama. Anehnya ketika saya bertanya berapa pendapatan jika mereka menjual
getah/karet 4 kg, dengan cepat mereka menjawab 48 ribu, karena 1 kg adalah 12
ribu.
Di SMP nasib
Mami dan teman-teman tidak jauh berbeda, guru mereka rajin membolos dan malas
mengajar. Jika ada yang masuk maka pelajaran dimulai jam 9, dan mendekati jam
11 mereka sudah pulang. Jika tidak guru maka Mami dan teman-teman hanya
bermain-main saja.
Setelah
hampir tiga tahun Mami menempuh pendidikan di SMP, maka tiba saatnya Mami dan
teman-teman harus menghadai Ujian Akhir Nasional. Jangan bayangkan bahwa Mami
bisa belajar dengan enak seperti teman-temannya di kota. Penerangan malam hari
adalah dengan pelita. Untuk menyalakan genset mereka harus membeli BBM dengan
harga tinggi.
Mami dan teman-teman
dari pedalaman biasa mereka menginap di rumah-rumah atau pondok yang dekat
dengan sekolah supaya tidak capek berjalan kaki di saat-saat mendekati UAN. Hal
yang sangat biasa Mami dan teman-teman laki-perempuan hidup campur dalam satu
pondok hanya untuk mengejar waktu bisa bersekolah dengan baik. Mereka biasa
dari rumah membawa beras dan ikan asin untuk bekal makan sehari-hari.
Sayurannya mereka cari di sekitar hutan, daun pakis atau rebung mudah
didapatkan. Semangat Mami dan teman-teman untuk belajar berbanding terbalik
dengan semangat guru-guru mereka yang sudah dibayar oleh negara.
Bulan Maret
– April mendekati UAN adalah masa sibuk bagi masyarakat asli di kampung Mami.
Mereka akan segera panen padi. Panen padi adalah hal yang sakral penuh dengan
nuansa budaya. Banyak acara adat yang dilakukan untuk menghormati alam yang
telah memberikan kemurahan panen ini.
Bersamaan
dengan itu 2 hari menjelang Ujian Akhir Nasional, Mami dijemput oleh orang
tuanya. Mami diminta pulang untuk membantu orang tuanya panen padi menjaga padi
yang dijemur. Orang tuanya tidak peduli anaknya mau Ujian Akhir Nasional.
Akhirnya Mami tidak ikut UAN dan tidak lulus SMP, gagal Mami meraih cita-cita
untuk sekolah lebih tinggi dan menjadi Guru di kampung halamannya sendiri. Orang
tua Mami belum mengerti pentingnya pendidikan karena mereka juga tidak menempuh
pendidikan,. Di sisi lain orang tua Mami juga tidak percaya dengan sekolah
karena guru yang ada juga tidak pernah mengajar.
Kata orang tua Mami, tidak
perlu sekolah tinggi karena akan dinikahkan.
Nasibmu Mami ….
Syukurlah
aku tidak tinggal di pedalaman sepertimu,. Dan kini aku jadi lebih bersyukur
hidup seperti ini. Harusnya aku selalu berkaca pada kaca yang sama atau yang
lebih buram,bukan berkaca pada kaca bening nan mewah. Aku bersyukur hidup
sebagai Linda,yang lahir dan besar di Jepara. Yang dilahirkan oleh seorang ibu
muda yang penuh kasih sayang dan keikhlasan. Dan memiliki seorang ayah
biasa,tak berkedudukan apa-apa. Dan juga keluarga yang biasa saja,tiada yang
istimewa. Namun bagiku tetap saja mereka yang paling berharga,. Terimakasih
Tuhan,.........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar