Jepara,28 maret 2008
*Akhir Kisahku bersama RENDY*
by : Linda Alfi
Lutfinda
*Akhir Kisahku bersama
RENDY*
TKW di Malaysia. Bahagianya
diriku bisa kembali ke tanah airku tercinta. Karena aku sangat merindukan Pagi
ini aku berencana pulang ke tanah air, setelah 3tahun 2bulan lamanya aku
menjadi keluarga juga teman-temanku,terutama Rendy kekasihku yang sangat aku
cintai. Sudah 4tahun kami menjalin kasih dalam satu komitmen yaitu saling
menjaga kepercayaan. Karena kami berharap bisa melanjutkan hubungan kami sampai
jenjang pernikahan. Dan karena itu pula aku pulang hari ini, 3tahun sudah aku
tak bertemu dengan Rendy. Tak bisa terbayangkan bahagianya aku saat bertemu
dengan Rendy nanti.
Saat perjalanan menuju tanah
air, di dalam pesawat hatiku selalu resah dan tak sabar untuk segera sampai di
Semarang. Dan akhirnya setelah beberapa jam menempuh perjalanan yang membuat
hatiku resah dan membuat tubuhku sangat lelah,kini aku sampai di bandara “AHMAD
YANI, Semarang”. Namun, tak ku dapati Rendy disana. Saat itu aku berfikir, ”pasti
Rendy masih dalam perjalanan menuju bandara”. Karena itu aku sengaja
menunggunya.
“Dua jam telah berlalu, tapi Rendy tak jua datang
menjemputku”
Aku pun memutuskan pulang naik taxi.
Saat aku membuka pintu taxi, aku mendengar ada
suara yang memanggil namaku, ”cin... cinta,... cinta aku disini!”, aku menoleh
kearah samping, ku lihat seorang wanita melambaikan tangannya dari kejauhan.
Setelah wanita itu semakin mendekat, aku tampak mengenalnya. Ternyata dia
adalah kak Nani, kakak perempuannya Rendy.
Akhirnya kami pulang bersama
naik taxi. Di tengah perjalanan kak Nani minta maaf padaku karena Rendy sedang
di luar kota, jadi dia tidak bisa
menjemputku. Namun tiba-tiba raut muka kak Nina berubah seketika, dia tampak
sedih. Dengan pelan dia bercerita padaku, ”cin,...kakak minta maaf banget, kakak
sedih harus mengatakan ini karena kakak sudah menganggap kamu seperti adik
sendiri, tapi kamu juga harus tau semuanya”. Aku bingung, sangat bingung kenapa
kak Nina berkata seperti itu. “ngomong aja kak, gak apa-apa aku siap
mendengarkannya”, sela ku saat kak Nina menghentikan omongannya. Dengan mata
berkaca-kaca kak Nina melanjutkan ceritanya. “Rendy cin,. Rendy sudah bertunangan
dengan orang lain, namanya Shita.
Betapa kagetnya diriku saat mendengar cerita itu.
Hatiku bagai disambar petir ditengah teriknya kota Semarang hari itu. Hatiku
sangat sakit bagai ditusuk seribu pedang. Aku tak bisa membendung air mataku
lagi. Apalagi saat kak Nina bilang mereka akan melangsungkan pernikahan 2minggu
lagi.
“ya Allah, kenapa kau beri aku cobaan seberat ini.
Mengapa kau pisahkan aku dengan Rendy, setelah sekian lama kami bersama.
“Rendy, aku benci padamu.... kau penghianat!! kau menghianati
komitmen kita. Padahal aku sudah setia padamu”, ucapku dalam hati sambil
menangis sejadi-jadinya.
Kak Nani hanya diam dan memelukku di dalam taxi
yang menghantarkan kami menuju rumahku.
Namun kak Nani menyuruh supir taxi itu untuk
membelokkan arah, dengan masih berlinang air mata, aku tak menanyakan kenapa
kak Nina melakukan itu.
“maafkan adik ku cin!!, dia tidak pernah berniat
menghianati kamu. Cin... sekarang kamu harus ikut aku”. Kemana??? Untuk apa??, jawabku
dengan berusaha menahan amarah.
“kerumah Shita cin,.!!!”
“rumah Shita??? Rumah Shita! Tunangannya Rendy???”,
jawabku dengan nada tinggi dan keheranan.
“untuk apa??? Apa untuk melihat kebahagiaannya
diatas penderitaanku ini???”,. aku tak mau. Jangan paksa aku menemui perempuan
yang telah mengambil Rendy dariku. Aku yakin perempuan itu yang menggoda Rendy
sehingga Rendy menghianatiku, karena aku berada jauh darinya.
“bukan,... bukan itu maksudku cin,.. Kakak hanya
ingin kau tau siapa Shita sebenarnya. Agar kau tak membencinya dan berfikir Rendy
sengaja menghianatimu.
“aku sudah tau,.. dia adalah perempuan penggoda
yang merebut Rendy dariku”.
“mau tak mau kau harus ikut aku kerumah Shita
sekarang”, ucap kak Nani memaksaku.
Akhirnya dengan
sangat terpaksa aku ikut dengan kak Nina kerumah Shita, karena taxi biru yang
kami tumpangi malaju dengan kecepatan tinggi karena permintaan kak Nina yang
terus memaksa supir taxi itu untuk tidak menghentikan lajunya.
“dalam hati aku berencana menampar perempuan yang
telah merebut Rendy dariku. Dasar perempuan tak tau malu”
Di depan rumah yang tampak kecil
dan sederhana, kak Nina menghentikan taxi yang kami tumpangi.
“bapak tunggu disini sebentar, kami masuk dulu
sebentar. Kami tidak akan lama di dalam”, pinta kak Nina pada supir taxi
sembari membuka pintu taxi.
Aku dan kak Nina mulai melangkah menuju rumah itu.
“tok...tok...tok...!!”, kak Nina mengetuk pintu
dengan mengucap salam. “Assalamu’alaikum!!!!”.
Tak berselang lama dari dalam rumah ada suara lirih
menjawab, ”Wa’alaikum salam”.
Betapa terkejutnya aku saat
melihat seorang gadis di atas kursi roda yang membukakan pintu untuk kami.
Gadis itu terlihat tampak pucat dan sangat kurus.
“kak Nani..... ini siapa kak??? Tanya gadis itu
sambil tersenyum padaku. Apa ini kak Cinta???”
Dengan tegas kak Nani menjawab, ”iya ta... ini
Cinta”.
“Cinta,..perkenalkan ini Shita, yang aku ceritakan
tadi”.
Aku sangat bingung, aku tak sanggup memaki gadis
selemah ini.
“silahkan duduk, kak!!!”,suara kecil Shita
mempersilahkan kami.
“kak Rendy banyak bercerita soal kak Cinta. Ternyata
benar, bahkan kak cinta lebih cantik dari yang ku bayangkan. Aku harap kak
Cinta tidak membenci kak Rendy karena semua ini. Dia sangat mencintai kakak, dia
tak bermaksud menghianatimu”.
“apa maksudmu???, tanyaku dengan sangat heran.
Kalau kamu tau kenyataannya seperti itu kenapa kamu tetap mau menikah dengan
Rendy???
Tolong kak Nani saja yang bercerita, karena aku tak
sanggup menceritakannya. Aku tak mau mengingat hal mengerikan itu lagi, pinta
Shita pada kak Nani.
Kejadian itu bermula sepulang Rendy mengantarmu ke bandara. Di
tengah perjalanan ada seorang gadis yang sedang menyebrang, karena sedang tidak
berkosentrasi Rendy menabrak gadis itu.
Rendy dan orang-orang yang melihat kejadian itu langsung melarikan gadis itu
menuju rumah sakit terdekat. Selama satu minggu lamanya gadis itu koma dan
dokter mendiagnosa gadis itu berkemungkinan besar akan cacat seumur
hidup,karena kedua kakinya patah. Gadis itu adalah seorang atlet yang menjadi
tulang punggung keluarganya selepas peninggalan ayahnya. Dia juga bekerja
sebagai penjaga toko buku di malam hari untuk menyambung kehidupan keluarganya.
Ibunya sudah tua dan dia masih memiliki 2 adik yang masih sekolah. Bagaimana
dia menghidupi keluarganya dengan kedua kaki yang cacat,dan kamu pasti sudah
tau siapa gadis itu. Shita,. yang berada di depanmu inilah gadis malang itu.
Mendengar semua cerita kak Nani
dan melihat kondisi Shita aku hanya bisa diam dan tak tau harus berbuat apa.
Apakah aku harus merelakan Rendy untuk Shita ataukah mempertahankan Rendy??? Ya
Allah tolong hamba. Hamba sangat bingung.
Kak Cinta tak perlu bingung, jika
kakak tak bisa merelakan kak Rendy untuk ku. Aku akan meminta kak Rendy untuk
kembali pada kakak. Aku tau kak Rendy tak mencintaiku. Dan tak seharusnya juga
kak Rendy menebus semua itu dengan menikahiku.
“tidak,.. aku ikhlas, jawabku dengan berat hati
yang ku tutupi dengan senyuman pilu”.
Terimakasih, ucap Shita dengan menghela nafas lega.
“selamat ya, sebentar lagi kalian akan menikah.
Semoga kalian selalu bahagia. Semoga ini pernikahan pertama dan terakhir buat
kalian.
(kak Nani
tercengan mendengar ucapanku)
Aku dan kak Nani pamit dulu ya, sampaikan salamku
untuk Rendy karena sudah berfikiran negatif padanya.”
Akan aku sampaikan lusa saat kak Rendi pulang.
Di dalam taxi aku hanya bisa
diam karena belum bisa menerima semua kenyataan pahit yang menimpaku hari ini.
“maafkan Rendy cin,... ucap kak Nina berusaha menenangkanku.
(Sesampainya di depan rumahku)
“Sampai jumpa kak,.. hati-hati dijalan”.
“iya,jawab kak Nina singkat.”
Sesampainya di depan rumah, ku
dapati Ayahku yang sedang menungguku di ruang tamu. Melihatnya aku langsung
berlari kepelukannya.
“Mengapa Ayah tak memberi tahuku soal pertunangan
Rendy??, aku yakin Ayah pasti sudah tau sejak awal.
“maafkan Ayah anak ku, aku tak sanggup
menceritakannya padamu karena Ayah tau kamu sangat menyayangi Rendy, jawab Ayah
dengan nada halus. Sudahlah relakan Rendy, mungkin dia memang bukan jodohmu.
“Tapi aku tak sanggup melihat Rendy bersama orang
lain”
“Lalu??? Apa kamu akan kembali ke Malaisya?? Apa
kamu senang Ayahmu ini selalu mencemaskanmu?? Apa lagi banyak sekarang TKW yang
disiksa majikannya. Ayah takut kamu seperti itu”.
Tidak, aku ingin ke Bandung saja. Menyusul ibu dan
Dinda, Cinta mohon Ayah mengijinkan Dinda untuk tinggal disana.
“Iya, jika itu bisa membuatmu bahagia, jawab Ayah
sembari menyeka air mataku.
Tak
terasa 12tahun sudah orang tuaku berpisah. Dan sudah 3tahun lamanya aku tak
mengunjungi ibu dan adik ku di Bandung. Orang tuaku berpisah karena Ayahku
ingin memadu ibu dengan seorang wanita yang Ayah kenal ditempat kerjanya, yang
kini menjadi ibu tiriku. Karena ibu tak mau dimadu, ibu memutuskan kembali ke
kota asalnya “Bandung” dengan membawa Dinda. Sebenarnya aku ingin ikut ibu, tapi
aku tak tega meninggalkan Ayah. Aku tak bisa membenci Ayah meski Ayah menyakiti
ibu, karena bagaimanapun juga dia Ayahku yang harusku hormati. Ibu yang sangat
mencintai Ayah tapi tak kuasa melihat wanita lain berada disisi Ayah juga tetap
berkomunikasi dengan baik dengan Ayah. Karena mereka belum bercerai. Tiap bulan
Ayah tetap mengirimi ibu uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ibu juga masih
bekerja untuk menambah penghasilan demi memenuhi semua kebutuhan Dinda. Ibu bekerja
sebagai buruh pabrik di Bandung. Bagi ibu pernikahan adalah sekali seumur
hidup,karena itu ibu tidak meminta cerai dengan Ayah.
Seminggu
berlalu dengan cepat......
Sejak
kembali ke Semarang, Rendy selalu berusaha menemuiku, dengan datang kerumah.
Tapi aku tak pernah mau menemuinya.
Hari
berganti hari,... tak terasa 3hari lagi Rendy menikah.
Di suatu
malam yang sepi aku tak bisa memejamkan mata, karena lusa Rendy menikah. Meski
aku berusaha ikhlas tapi hati ini tetap saja tak bisa berhenti mencintainya.
Dan aku pun mulai berandai-andai jika aku tidak menjadi TKW di Malaisya. Andai
kecelakaan itu tak terjadi. Saat ini pasti aku sudah menikah dengan Rendy. Tapi
aku juga harus membantu Ayah yang sakit-sakitan dan tak lagi bisa bekerja
sekeras seperti dulu. Aku juga harus menggantikan Ayah untuk memberi uang
bulanan untuk ibu dan Dinda. Karena gajiku bekerja di pabrik belum cukup maka
aku putuskan untuk menjadi TKW saat itu.
Jam sudah
menunjukkan pukul 12 malam. Aku sengaja turun dari ranjangku untuk menulis
surat untuk Rendy, karena besok aku berangkat ke Bandung.
To Rendy
Assalamu’alaikum.............
Mungkin
saat kamu membaca surat ini aku sudah jauh darimu, aku sydah meninggalkan
Semarang. Maaf aku tak bisa menghadiri pernikahanmu besok. Maaf juga karena tak
bersedia meneuimu tiap kali kamu kerumah. Kraena aku tak sanggup lagi menemuimu
Ren,... meski sebenarnya aku sangat merindukanmu.
Ren,aku
memang sangat menyayangimu. Tapi aku ikhlas kalau kamu menikah dengan Shita.
Karena itu sudah seharusnya kamu lakukan. Ku harapa kamu bisa menyayangi Shita
seperti kamu menyayangiku. Jaga dia baik-baik. Aku doakan kalian selalu
bahagia. Semoga ini pernikahan pertama dan terakhir bagi kalian. Sebelumnya
juga aku minta maaf karena tidak bisa menghadiri pernikahan kalian.
Salam
perpisahan
Darik ku,
“Cinta
Hapsari”
Pagi-pagi
sekali aku berkemas karena pukul 10.00wib aku harus sudah sampai di terminal.
Setelah berpamitan dengan Ayah dan ibu tiriku aku langsung pergi menuju rumah
Shita dengan taxi yang sudah ku pesan jam 9 tadi.
“ngebut
ya pak,... aku buru-buru, pintaku pada supir taxi tersebut.
“ya
mbak, jawab si supir singkat
Sesampainya di depan rumah
Shita aku menghentikan taxi, ”tunggu sebentar ya pak..”, Supir taxi itu hanya
menundukkan kepala.
Beruntunglah
aku karena Shita sedang berada di depan rumahnya bersama kak Nani.
“hai ta....!!!, sapa kak
Nani ramah. Ada apa kamu datang kemari??”
“aku Cuma mau menitipkan
surat untuk Rendy, hari ini aku berangkat ke Bandung”, jawabku sambil
memberikan surat pada Shita.
Berarti besok kak Cinta tak
bisa datang di pernikahan ku??? Kakak hati-hati ya, ucap Shita dengan raut muka
merasa bersalah.
Setelah
memberikan surat aku langsung pamit, menuju terminal. Pukul 09.55wib aku sampai
d terminal. Setelah membayar taxi aku langsung naik ke dalam bus jurusan
Semarang-Bandung. Tak berselang beberapa menit bus pun melaju perlahan
meninggalkan terminal. Aku tak pernah menyalahkan Tuhan, mungkin ini adalah
takdir yang harusku jalani. Mungkin Tuhan mempunyai rencana lain yang lebih
indah buatku. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa, ini takdir, yang terjadi
pada Shita adalah musibah. Pasti Shita juga tak mengharapkan ini semua, karena
kecelakaan itu juga yang membuat kekasihnya meninggalkannya dan kehilangan
kesempatan untuk mencapai cita-citanya. Jangankan berlari, berdiri saja kini
dia tak mampu.
“selama tinggal
Semarang,..”
“selamat tinggal
masa lalu...”
“selamat tinggal
Rendy,...”
Aku berharap
kepergianku ini, aku bisa melupakan Rendy. Semoga aku mendapat pengganti yang
lebih baik darinya.Semoga perpisahan ini membuatmu bahagia bersama Shita tanpa ada
bayang-bayangku dalam kehidupan kalian. Semoga aku bisa cepat beradaptasi
dengan kehidupan baruku.
#THE END#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar