Tak ada yang berbeda hari itu. Semua terasa sama, namun satu hal yang berbeda di pagi Itu. Penyemangatku subuh tadi di bawa kerumah sakit dan harus opname. Hanya karena kehujanan minggu lalu, kondisinya langsung drop. Mungkin bagi kebanyakan orang kehujanan adalah adalah hal yang biasa, namun baginya itu hal yang membawa pada penderitaan yang cukup panjang. Karena tubuhnya yang lemah. Ini memang bukan pertama kalinya, namun aku tak pernah tau ini adalah yang terakhirnya. Terakhir kali dua merasakan sakit. Terakhir kali aku menemaninya di ruang melati no 5.
Pagi itu sekitar pukul 09.00 wib, aku mengunjunginya. Seperti biasa Lia merengek-rengek kepadaku. Meminta cokelat dan ice cream, dua makanan yang sangat di sukainya. Dan entah mengapa tak seperti biasanya aku melarangnya dengan keras. Kali ini tiba-tiba aku ingin sekali membelikannya.
"Sayang tunggu sebentar ya" , aku ke minimarket di depan rumah sakit dulu.
Dia hanya mengangguk sambil tersenyum saat itu.
Tak ada perasaan atau firasat apa pun, aku bergegas keluar.
Aku membelikannya ice cream dan coklat yang dia ingininya.
Saat ku berjalan dari pintu masuk rumah sakit menuju kamar dia di rawat, jantungku berdetak kencang sekali. Keringat dingin mengucur membasahi pelipisku.
Tanpa ada pikiran apapun kakiku tetap melangkah.
Tepat di depan pintu kamarnya langkah kakiku terhenti sejenak, terlintas senyuman Lia dalam benak ku.
Ku buka pintu kamarnya perlahan, ku lihat dia sedang duduk dengan menyisir rambut panjangnya dan ibunya yang sedang duduk di samping kanannya. Mereka berdua tersenyum padaku.
"Kok lama sekali mas?? Tanyanya lirih namun tetap mengukir senyum di bibirnya". Ia sayang tadi antri jawabku.
Ibunya berdiri dan mempersilahkan aku untuk duduk.
Lia langsung menarik kantong plastik yang ku bawa dan langsung melahap ice cream favoritnya itu. Hatiku rasanya berbunga-bunga melihat dia sesenang ini.
Sejam lagi Lia sudah boleh pulang, kamu mau ngantar Lia pulang nak??, tanya ibu Lia.
"Maaf bu., saya tidak bisa lama-lama. Saya mau segera balik ke konter".
Mendengar jawabanku ibunya hanya tersenyum.
"Ya sudah mas langsung ke konter saja", Lia tidak apa-apa kalo harus pulang berdua sama ibu.
"Iya.. Saya pamit dulu.. Ibu sama Lia hati-hati di jalan ya"
"Iya"
.........................
Sesampainya di konter, seperti biasa aku membersihkan konter terlebih dahulu. Karena hari ini aku membuka konter agak siang.
Beberapa menit kemudian hp ku berdering..
"Kriiiiiing-kring..."
Ku bergegas memencet tombol hijau di hp ku.
"Halo... Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam.. Benar ini mas Romi??"
"Iya saa sendiri, ini siapa??
"Saya dari rumah sakit citra medica.. Saya cuma mau memberitahu bahwa ada pasien kecelakaan yang bernama Lia dalam keadaan kritis. Dan ibunya samapai saat ini belum sadarkan diri"
..........................
Mendengar berita itu aku langsung menutup konter dan bergegas ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, ku bertemu dengan ibu Maya, ibunya Lia. Beliau menangis tersungkur di kursi depan ruang UGD.
Dan... Semua dunia ku tiba-tiba gelap.
Tak kuasa ku menerimanya. Lia... Gadis yang selama 3 tahun menemani hari-hariku. Pergi untuk selamanya.
Dan tak ku sangka.. 1 setengah jam yang lalu itu adalah pertemuan terakhirku dengannya. Dan terakhir kalinya ku melihat senyuman indah itu...
=> The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar