Sabtu, 19 Juli 2014

MSAG

Hanya bisa bersyukur bisa selalu berada dibelakangmu, meski ini bukan yang semestinya baik. Tapi masih ada batas-batas diantara kita.
Ada banyak hal didepan yang Allah rencanakan untuk kita...
Mungkin 4tahun adalah proses yang lama untuk dapat berada disampingmu. Tapi tetap bersyukur bisa selalu memeluk bayangmu dalam kerinduan yang selalu mengingatkan ku padaNya...
Kadang merasa tak pantas berada dalam posisi ini... Karena kamu bisa saja mendapat yang lebih baik dariku...
Tapi disetiap keraguanku kau selalu terbayang dan membuatku berfikir kamu memang jawaban disetiap istikhrh ku...
Melewatkan lebih dari seribu hari dalam kehidupanku bersamamu.. 
Adalah hal indah yang berawal dari doa.
Proses yang sangat singkat dalam menuju posisi ini.
Aku tak jatuh cinta padamu, tapi kita mencoba membangun cinta... Menuju ridhoNya :)

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa :)

Selasa, 01 Juli 2014

Materi Bahasa Indoneia SMK Kelas X Semester I

Kompetesi Dasar: Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi dan jeda yang lazim/ baku dan yang tidak.  

A. Memahami lafal, tekanan  dan jeda yang lazim/ baku  Lafal Memahami lafal merupakan sesuatu hal yang penting
mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku yang memounyai lafal masing-masing dalam pengucapan bunyi  bahasanya. Agar pengucapan bunyi bahasa Indonesia dapat dimengerti dengan baik oleh seluruh masyarakat Indonesia, maka diperlukan lafal bunyi bahasa secara
baku. Diantaranya bunyi-bunyi sangat mirip kedengarannya. Bunyi bahasa yang berbeda atau mirip dinamakan fonem. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal bergantung pada letaknya dalam kata suku atau suku kata. Dalam Bahasa Indonesia ada 28 buah fonem yang terdiri atas: 
1. 6 buah  fonem  vocal, yaitu;/a/i/u/e/o/e’ /, yang disebut  vocal tungal. Masing-masing terdiri  dari  dua vocal tinggi, tiga  vocal sedang dan satu vocal  rendah. Berdasarkan parameter  depan-belakang  lidah, dua vocal (i/e) merupakan vocal  depan. Dua merupakan vocal tengah (a/e’ ) dan  dua  yang lain merupakan  vocal belakang (u, o). 
2. 22 buah fonem konsonan , yaitu: b, p, d, t, g, k, f, z, s, sy, kh, h, j, c, m, n, ny, ng, r, l, w dan y. Terbentuknya konsonan tergantung posisi. Alat ucap kita sebagai artikulator dan titik artikulasinya yg dibantu dengan udara dan paru-paru. Konsonan itu sendiri  dihasilkan apabila bunyi ujaran udara yg keluar dari paru-paru mendapat rintangan/ halangan dari alat ucap lainya. Konsonan mempuyai contoh yaitu: konsonan hambat bilabial, konsonan hambat alveolar, konsonan hambat palatal, konsonan frikatif glottal tak bersuara, konsonan nasal bilabial, konsonan nasal alveolar, konsonan nasal palatal, konsonan nasal velar, konsonan getar alveolar, konsonan lateral alveolar, semi vocal bilabial, semivokal palatal  Inotasi/ Tekanan Inotasi adalah kalimat atau mengacu yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian
itu lebih keras (tinggi) ucapnnya dari pada bagian yang lain. Inotasi mengacu pada naik turunnya nada dalam perafalan kalimat, sedangkan ritme mengacu
kepemberian tekanan pada kata dalam kalimat. Bagian  kalimat tempat berlakunya suatu pola perubahan nada tertentu disebut kolompok ton. Pada setiap kelompok ton terdapat suku kata yang terdengar menonjol yg menyebabkan terjadinya pengubahan nada. Suku kata itulah yang mendapat
aksen. 

B. Lafal, Tekanan, Inotasi Dan Jeda Tidak oleh Lazim/ Tidak Baku Dalam tuturan bahasa Indonesia ada sejumlah fonem
yg dilafalkan tidak sesuai dengan lafal yg tepat sehingga lafal tersebut menjadi tidak baku. Hal tersebut dapat dipengaruhi berbagai factor, misalnya
karena faktor lafal bahasa daerah asal, faktor latar belakang pendidikan atau lingkungan sosial. Contoh: Pelafan Baku Pelafalan tidak baku Manfaat manpaat Fasilitas pasilitas Virus pirus Pelafalan agar tidak salah harus dilihat berdasarkan
konteks kalimat dalam arti kata–kata tersebut dan dilafalkan berdasarkan makna kalimat yang dimaksud. 

Kompetesi Dasar: Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat.

 A. Memahami Informasi Lisan Apabila kita sedang mendeengar orang berpidato
baik di televisi maupun di radio, mendengarkan seorang pembicara pada seminar, rapat atau diskusi berarti kita sedang menyimak sesuatu informasi lisan. Untuk memahami informasi tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan, misalnya kita harus menyimak si pembicara tersebut dengan konsentrasi penuh dan harus dapat menyimpulkan informasi yang disampaikannya, khususnya bagian–bagian inti dari informasi tersebut tanpa terpengaruh oleh uraian lainnya. 

B. Memahami Fakta dan Pemerian 

1. Perbedaan Fakta dan Bukan Fakta Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang bena–benar ada atau terjadi,
sedangkan diluar dari keadaan yang merupakan kenyataan atau tidak benar–benar terjadi atau belum
terjadi, atau masih berupa pendapat pribadi, pendapat umum/ opini, wacana dan sebagainya, dikatakan bukanlah suatu fakta. 
2. Memahami Pemerian Ketika membaca suatu teks, pada umumnya teks
yang kita baca adalah berurutan dari kiri ke kanan. Namun, agar lebih mudah dipahami. Mudah diingat, dan lebih mudah untuk diungkapkannya, informasi/
keterangan dalam teks tersebut sering diuraikan secara berurutan ke bawah dengan mengambil pokok–pokok yang dibutuhkan saja. Informasi/ keterangan yang demikian itu berarti membutuhkan
pemerian. 

C. Isi Pokok Informasi dan Uraian Lisan yang Bersifat Faktual,  Spesifik dan Rinci Informasi yang bersifat faktual adalah informasi yang berdasarkan kenyataan atau sesuatu yang benar–benar terjadi, atau benar–benar ada. Misalnya dalam
seminar contoh-contoh yang dikemukakan biasanya bersifat faktual. Artinya contoh-contoh yang
dikemukakan merupakan contoh yang benar–benar ada, bukan fiktif atau karangan si pembicara semata-
mata. 

D. Memahami Ragam Bahasa 

1. Ragam Bahasa Ragam bahasa Indonesia ditimbulkan karena adanya
pengaruh faktor sejarah, dan perkembangan masyarakat, atau faktor yang terdapat pada masyarakat pemakai bahasa seperti pendidikan, usia, agama, bidang pekerjaan, sikap penutur dan juga
latar belakang budaya daerah. Walaupun demikian kita msih bisa memahami orang lain yang berbahasa Indonesia, karena pada dasarnya ciri dan kaidah tata
bunyi, pembentukan kata, serta tata makna pada umumnya masih sama. Secara garis besar ragam bahasa yang ada di Indonesia antara lain: Ragam bahasa yang bersifat perseorangan
(idiolek) Ragam bahasa yang digunakan oleh orang didaerah tertentu atau sekelompok orang (diolek atau logat) Ragam bahasa yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat dan
golongan sosial tertentu (sosiolek) Ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan, pekerjaan atau profesi tertentu, disebut (fungsiolek) Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal yang disebut bahasa baku atau standar Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau situasi tidak resmi Ragam bahasa yang digunakan secara lisan, biasa disebut bahasa lisan atau ragam bahasa tertulis atau disebut bahasalisan 
2. Proses dan Hasil Berdasarkan Ciri atau Penanda Kata/ Kalimat Informasi yg menggambarkan adanya proses atau
hasil biasaya ditandai oleh imbuhan  atau akhiran, diantaranya imbuhan pe-an (proses) dan akhiran –an (hasil). - Imbuhan pe-an Imbuhan gabung pe-an adalah gabungan antara awalan pe- dan akhiran –an yg diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Ada beberapa fungsi dari imbuhan pe- an, diantaranya adalah, menyatakan proses. Untuk mendapatkan makna proses imbuhan gabung pe-an harus diimbuhkan pada kata kerja, kata benda atau kata sifat tertentu. Contoh: Penagihan dilakukan setiap tanggal dua puluh. Penagihan artinya proses menagih - Akhiran –an Akhiran –an tidak mempunyai variasi bentuk, karena morfem –an ini tidak mengalami perubahan bentuk dalam penggabungannya dengan unsure-unsur lain.f ungsi akhiran –an adalah untuk membentuk kata benda, sedangkan makna dari akhiran –an diantaranya adalah menunjukkan hasil. Contoh: Novel karangan Fira Basuki banyak bercerita tentang dunia perempuan. Karangan artinya hasil dari perkerjaan mengarang. Kompetesi Dasar: Membaca cepat untuk memahami informasi tertulis dalam konteks bermasyarakat. A. Membaca Cepat Permulaan (120-150 Kata Tiap Menit) dengan Menggunakan Teknik Membaca Cepat 
1. Membaca Cepat Permulaan Hal utama dalam membaca cepat adalah pemahaman yang cepat. Cara membaca cepat dapat dilatih dengan latihan untuk memperoleh cara yang efektif
tanpa membuang waktu dan tidak mengabaikan tujuan utama, yaiitu memperoleh informasi  cepat dan akurat. 2. Pola-Pola Membaca Cepat Pola Horizontal Pola Vertikal Pola  Diagonal Pola Zig Zag Pola Spiral Pola Blok 
3. Menghitung Kecepatan Membaca:
a. Catatlah waktu anda memulai membaca
b. Catatlah waktu anda setelah selesai membaca 
c. Berapa waktu yang anda butuhkan dalam membaca
d. Hitunglah jumlah kata yang anda baca
e. Bagilah jumlah kata yang anda baca dengan waktu yang anda butuhkan dalam membaca
f. Kalikan hasil bagi jumlah kata yang anda baca dengan jumlah waktu anda membaca 
4. Teknik Membaca Cepat Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membaca cepat diantaranya adalah:
a. Pilih bacaan yang hendak digunakan untuk latihan membaca cepat 
b. Topik bacaan yang dipilih untuk pertama kali hendaknya yang anda pahami 
c. Siapkan jam tangan, catat waktu ketika memulai membaca 
d. Beri tanda dimana anda memulai membaca 
e. Beri tanda dimana anda berhenti membaca 
f. Catat waktu berakhirnya membaca
g. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk
membaca 
h. Hitung jumlah kata dalam wacana yang telah anda baca 
i. Bagilah jumlah kata yang telah anda baca dengan waktu yang telah anda gunakan untuk membaca sehingga menghasilkan jumlah kata yang dibaca per menit
j. Jawablah pertanyaan yang berhubungan dengan teks tanpa membaca kembali. Apabila anda bisa mejawab di atas 80% dengan
jawaban yang benar, maka pemahaman anda mengenai isi bacaan cukup baik
k. Apabila dapat membaca cepat lebih dari 120 kata per menit dengan pemahaman dia atas 80%, maka anda dianggap cukup berhasil dalam membaca cepat 

B. Membaca Cepat Lanjutan dengan Menerapkan Teknik Pindai (Scanning) dan Teknik Layap (Skimming) - Membaca Cepat dengan Teknik Memindai (Scanning) Memindai artinya melihat dengan cermat dan lama atau memandangi. Membaca dengan teknik pindai (scanning) berarti membaca dengan cepat tanpa membaca secara terperinci terhadap objek yang
dianggap tidak dibutuhkan dalam bacaan itu. Arah membaca langsung kepada bahan atau informasi yang dicari dalam bacaan itu. - Membaca Cepat dengan Teknik Layap (Skimming) Membaca dengan teknik skimming (layap) adalah
membaca dengan tujuan mencari inti sari, topik bacaan atau mencari informasi tertentu dengan cara
membaca cepat/ meluncur dari paragraf satu ke paragraf berikutnya, halaman demi halaman, sampai inti sari, topik atau informasi tertentu yang dicari dari bacaan itu ditemukan. Apabila sudah ditemukan,
maka teknik membaca kembali kepada kecepatan normal, cermat dan detail. - Membuat Catatan Pokok-pokok Isi Bacaan Langkah yang perlu untuk membuat catatan tersebut, adalah Baca judul bacaan, baca bacaan itu secara
garis besar terlebih dahulu beberapa kali, baru kemudian dibaca ulang kembali secara terperinci, setelah dibaca secara terperinci buat catatan tema bacaan itu, setelah tema bacaan didapat lanjutkan dengan mencatat topik-topik bacaan tiap paragraf, kemudian buat suatu tanya jawab berdasarkan catatan yang telah anda buat sebagai alat penguji catatan anda apakah sudah mencakup isi bacaan atau tidak dan terakhir buat catatan keseluruhan berdasarkan tema bacaan, topik bacaan, dan uraian tanya jawab yang menurut anda paling penting dari isi bacaan itu. 

C. Teknik Menafsirkan Kata, Bentuk Kata dan Ungkapan serta Penggunaan Kamus - Ungkapan Ungkapan adalah kelompok kata atau golongan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering kali kabur) atau susunan kata (biasanya dapat berupa kata, frasa atau pun kalimat)
yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Ungkapan sering kali digunakan berkomunikasi baik lisan maupun tulis, agar bahasa yang digunakan
menjadi lebih hidup, komunikatif dan seringkali digunakan untuk menyindir suatu perbuatan, keadaan, atau akibat sesuatu hal. - Memilih Kata Memilih kata atau pilihan kata (diksi) ketika
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis, merupakan hal yang penting, karena apabila pilihan kita itu tidak tetap maka akan menimbulkan salah pengertian, rancu, atau tidak dapat dimengerti samasekali.  
- Nilai Rasa Sebuah Kata Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang
sama artinya, tetapi mempunyai nilai rasa yang berbeda karena ada suatu kata yang dinilai lebih halus atau santun dibandingkan dengan yang lainnya. 
- Penggunaan Kamus Penggunaan kamus merupakan hal yang penting
dalam mempelajari bahasa. Kamus adalah buku yang berisi pilihan kata-kata suatu bahasa, atau suatu kelas kata khusus, biasanya disusun secara alfabetis, dengan penjelasan-penjelasan mengenai maknanya serta informasi lainnya mengenai kata-kata, dinyatakan atau diekspresikan dalam bahasa yang
sama atau dalam bahasa lain, disebut juga leksikon atau glosari. Kamus memiliki berbagai jenis diantaranya : 
1. Kamus Umum adalah kamus yang berisi segala kata dalam suatu bahasa beserta maknanya. Misalnya Kamus Umum Bahasa Indonesia 
2. Kamus Khusus adalah kamus yang garapan atau cangkupannya terbatas pada suatu bidang tertentu saja. Misalnya kamus Linguistik, Kamus Ekonomi, Kamus Teknik, Kamus Komputer dan sebagainya. 
- Informasi dalam Kamus Setiap lema mempunyai kerangka informasi sebagai
berikut: 
1. Lema yang berupa tunggal, kata berimbuhan, kata berulang, kata majemuk, frase (gabungan
kata) atau akronim menjadi judul tiap entri, dan itulah yang dijelaskan dalam batang tubuh kamus 
2. Semua lema disusun secara alfabetis 3. Tiap lema ditulis dengan pemenggalan
berdasarkan pedoman terperinci yang dimuat dalam bagian lain dari kamus 
4. Sesuai dengan konteks dan keperluan, setiap lema diberi label berikut: Label ragam bahasa. Label kelas kata. Label penggunaan bahasa yang menunjukkan bahasa dialek melayu, bahasa daerah atau bahasa asing. Label bidang kehidupan dan bidang ilmu
yang menunjukkan dalam bidang apa kata yang bersangkutan dipergunakan. Penunjukkan pelafalan / e’ / untuk
membedakannya dari pelafalan /e/. Penjelasan makna berupa batasan makna, uraian penggunaan, atau padanan kata. Kompetesi Dasar: Memahami informasi tertulis dalam berbagai bentuk teks. 
A. Memahami Berbagai Bentuk Informasi Tertulis - Memahami Informasi Grafis Grafik adalah lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar, biasanya menggambarkan
turun naiknya hasil, statistik dan sebagainya. Grafik terdiri atas beberapa macam, misalnya grafik batang, garis, kolom, pie (lingkaran), dan sebaginya. - Memahami Informasi Matriks Matriks adalah kerangka, bagan, atau tabel yang
disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir uraian yang diisikan dapat dibaca dari atas kebawah dan dari kiri ke kanan. 
- Mencatat Isi Pokok Informasi Ada beberapa cara yang dilakukan untuk dapat membuat catatan, yaitu sebagai berikut: 1. Baca kembali beberapa kali wacana tersebut sampai dengan memahaminya 2. Buatlah daftar pertanyaan yang berhubungan
dengan wacana itu 3. Buatlah daftar istilah-istilah penting yang terdapat dalam wacana itu 4. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut 5. Cari arti kata dari istilah-istilah penting
tersebut 6. Buatlah ringkasan dari wacana dengan cara
menyimpulkan jawaban-jawaban atau istilah-istilah penting yang telah dijawab
berdasarkan daftar pertanyaan. 
- Mengidentifikasi Berbagai Macam Teks Dalam bahasa Indonesia dikenal empat macam teks, yaitu: 1. Narasi yaitu suatu bentuk wacana yang menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah
terjadi. Teks narasi berusaha untuk menjawab apa yang telah terjadi. 2. Argumentasi berasal dari kata argumen berarti alasan. Karangan argumentasi adalah karangan yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti yang kuat serta
meyakinkan, sehingga orang akan
terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap, dan keyakinan yang ditulis dalam karangan tersebut. 3. Deskripsi yaitu karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau meraba hal tersebut. 4. eksposisi yaitu karangan yang berupa pemaparan suatu objek atau penjelasan tentang suatu topic dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. 
- Melisankan Informasi Non-Verbal Informasi dapat disampaikan dalam dua cara yaitu, dalam bentuk verbal (lisan) dan dalam bentuk nonverbal, misalnya dalam bentuk tertulis, gambar,
tabel, grafik, dan sebaginya. 
B. Menyimpulkan Informasi dengan Teknik Induktif dan Deduktif Membuat Simpulan Teknik membuat simpulan dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu: 1. Teknik membuat simpulan induktif yaitu teknik membuat simpulan induktif disusun mulai dari pengumpulan data/fakta dan berakhir pada kesimpulan yang merupakan ciri umum dat/fakta yang diamati 2. Teknik membuat simpulan deduktif yaitu teknik membuat simpulan yang bertolak dari suatu kesimpulan umum kemudian dijabarkan
contoh-contoh yang mengandung ciri-ciri
umum itu. 

Kompetesi Dasar: Melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat.
A. Melafalkan Kata dengan Artikulasi yang Tepat - Fonologi Fonologi terdiri atas dua bagian ilmu, yaitu: 1. Fonetik, yaitu ilmu yang mempelajari atau
menganalisisi bunyi ujar serta mempelajari bagaimana alat ujar itu dapat menghasilkan bunyi. 2. Fonemik, yaitu ilmu yang mempelajari bunyi ujar dalam fungsinya sebagai pembeda arti. 
- Mengucapkan Kata dengan Tekanan dan Artikulasi yang Tepat Setiap ujaran mempunyai tekanan/ nada, pada masing–masing kata atau kalimat. Tekanan yang diucapkan tersebut bergantung pada pentingnya kata
atau kalimat berdasarkan situasi yang terjadi pada si pembicara. 1. Tekanan dinamik silabis 2. Tekanan dinamika emfasis 3. Tekanan tempo - Penggunaan Lafal Bahasa Indonesia Baku Berdasarkan Konsep Lafal Baku Bahasa Indonesia Dalam melafalkan Bahasa Indonesia kadang – kadang
dipengaruhi oleh lafal bahasa daerah, sehingga berbeda dengan lafal bahasa Indonesia baku. Apabila pelafalannya tidak sesuai dengan bahasa indonesia
baku, maka akan terjadi perbedaan arti. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya menggunakan cara pelafalan kata atau kalimat yang benar. Oleh
karena itu, fonetik dan fonemik sangat dibutuhkan dan dapat dipelajari pada kamus yang menulisakan
cara pelafalan suatu kata yang benar berdasarkan bahasa Indonesia baku. 

Kompetesi Dasar: Memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. 
A. Memilih Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan Yang Tepat - Kata dan Ungkapan yang sesuai dengan Tuntutan Situasi Komunikasi Ketika kita melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis kadang–kadang secara tidak sengaja atau tidak, sering menggunakan ungkapan. Penggunaan ungkapan ketika berkomunikasi akan menghidupkan suasana, misalnya kalimat tersebut
menjadi lebih hidup, tidak monoton, hangat dan menarik. Untuk menguasai ungkapan denagn baik, dibutuhkan latihan tentang penggunaan ungkapan
secara tepat sesuai dengan tuntutan situasi komunikasi, misalnya untuk situasi komunikasi yang gembira, situasi sedih, tegang, menakutkan, santai dan sebagainya dibutuhkan ungkapan yang berbeda.  
- Penggunaan Kata, Bentuk Kata dan Ungkapan Menggunakan kata, bentuk kata dan ungkapan secara tepat sesuai dengan situasi komunikasi merupakan hal yang penting agar apa yang kita
maksudkan dapat dipahami oleh lawan bicara kita. 
B. Pemakaian Kata Bersinonim - Sinonim Sinonim adalah sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata–kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum. Artinya memiliki makna
pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa. - Pengulangan Mubazir Dalam membuat sebuah kalimat kadang–kadang terdapat penggunaan kata yang sama secara berulan–ulang. Pengulangan kata tersebut menjadi
mubazir. Oleh karena itu, untuk menghindarinya kita perlu menggantinya dengan menggunakan sinonim
atau ungkapan yang tepat, tetapi penggantian kata tersebut tidak boleh merubah pengertian atau makna
kalimat itu, sehingga penggunaan kalimat menjadi lebih efektif. Contoh: Direktur perusahaan itu meminta perwakilan para perkerja untuk melakukan perundingan,tetapi para perkerja tetap menolak permintaan itu,kecuali ada jaminan tututan kenaikan gaji mereka dipenuhi. sebaiknya: Direktur perusahaan itu meminta perwakilan para perkerja untuk melakukan perundingan,tetapi karyawan tetap menolak permintaan itu,kecuali ada jaminan tuntutan kenaikan
gaji mereka dipenuhi. 
- Honomin Honomin,yaitu dua kata atau lebih yg sama bunyinya tetapi berbeda artinya. Misalnya kata ‘jarak’ dalam
kalimat berikut ini. (a) Jarak antara Jakarta dan Cirebon kami tempuh
dalam waktu 4 jam. (b) Pada zaman dahulu orang menggunakan buah
jarak sebagai lampu penerang rumah. ——————————————————————————————————————————————— 

SUMBER: Komaruddin S., Erien dan Atih Supriatih. 2007. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas X. Erlangga.